MAKALAH PKN
GERAKAN NON BLOK
DISUSUN OLEH:
(1)Wendi
Atanova
(2)Ela Nurya Sutera
(3)Siti Nurcholifah
(4)Agus Arifin
(5)
M. Anas M
(6)Ridwan Tyas P
2 ATP 2
SMK N 1 (STM PEMBANGUNA)
TEMANGGUNG
Jl. Kadar maron no 104,
telp/fax(0293)4901639
Temanggung
56221
2011/2012
Kata
pengatar
Alhamdulillah
puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt , yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul suhu
dan pengukuran. Tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini saya susun dari
berbagai sumber yang saya sempurnakan. Tak lupa salawat serta salam saya junjungkan kepada nabi agung kita
Muhammad saw, semoga kita semua di beri syafaatnya. Alhamdulillah.
Pada
saat ini juga kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada ibu laila fajriah umami selaku guru
mata pelajaran ips di SMK Negeri 1 Temanggung, yang meskipun dalam kesibukannya
masih bersedia memberi kritik serta saran yang membangun untuk membuat makalah
ini semakin baik.
Kami
tahu dan juga kami sadar makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata kesempurnaan
Dengan
ini kami sampaikan kepada pembaca makalah ini dengan harapan semoga akan
manfaat bagi kita semua. Amin
Temanggung maret 2012
Penyusun
Sejarah
GNB (Gerakan Non Blok) / Non Alignment (NAM)........
Perang
Dunia II (1939–1945) telah menimbulkan berbagai akibat yang mengerikan bagi
umat manusia. Selain jutaan manusia mati, terjadi pula kehancuran berbagai
bangunan, sarana produksi, sarana transportasi, terjadi krisis ekonomi, dan
penyebaran wabah penyakit. Peta politik dunia pun ikut berubah. Dua kekuatan
adidaya telah lahir yang menyebabkan terjadinya pertentangan di antara
keduanya.
a.
Pengertian
Gerakan
Non Blok (GNB) atau Non Alignment (NAM) merupakan gerakan yang tidak
memihak/netral terhadap Blok Barat dan Blok Timur.
b.
Latar Belakang Berdirinya Gerakan Non Blok
Di
sela-sela puing kehancuran akibat Perang Dunia II, muncullah dua negara adidaya
yang saling berhadapan. Mereka berebut pengaruh terhadap negaranegara yang
sedang berkembang agar menjadi sekutunya. Dua negara adidaya itu ialah Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Persaingan kekuatan di antara dua blok itu
mengakibatkan terjadinya Perang Dingin (the Cold War). Mereka saling
berhadapan, bersaing, dan saling memperkuat sistem persenjataan. Setiap
kelompok telah mengarahkan kekuatan bomnya ke negara lawan. Akibatnya, situasi
dunia tercekam oleh ketakutan akan meletusnya Perang Dunia III atau Perang
Nuklir yang jauh lebih mengerikan dibandingkan Perang Dunia I dan Perang Dunia
II. Menghadapi situasi dunia yang penuh konflik tersebut, Indonesia menentukan
sistem politik luar negeri bebas aktif. Prinsip kebijaksanaan politik luar
negeri Indonesia tersebut ternyata juga sesuai dengan sikap negara-negara
sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk
suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur.
Kelompok inilah yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non Blok. Dengan
demikian faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya Gerakan Non Blok adalah
sebagai berikut.
1)
Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di
bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2)
Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang,
sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
3)
Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito
(Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.
4)
Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba
secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5)
Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu:
a)
Presiden Soekarno (Indonesia),
b)
PM Jawaharlal Nehru (India),
c)
Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
d)
Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan
e)
Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).
Berdirinya
Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin negara
dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden
Gamal Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru),
Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).
visi
dan misi baru yang harus dimiliki adalah: lebih berperan untuk perdamaian,
keadilan dan kemakmuran bersama di abad 21, mempromosikan demokrasi dan good
governance, dan kemakmuran yang dicapai adil dan inklusif. Dikemukakan Presiden
SBY, untuk meraih visi ini GNB perlu
menentukan parameter yang lebih proaktif pada bidang-bidang: First, our
movement can be a net contributor, to a culture of global peace and security.
Second, our movement should be a net
contributor to political development,
promotion of democracy and advancement of good governance. The final poins, is
our movement should be a net contributor to equitable global prosperity, where
no nation shoud be left behind.
c.
Tujuan Gerakan Non Blok
Gerakan
Non Blok mempunyai tujuan, antara lain:
1)
meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya yang
bersengketa;
2)
mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai;
3)
mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
4)
menentang kolonialisme, politik apartheid, dan rasialisme;
5)
memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar
persamaan derajat;
6)
meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota Gerakan Non Blok;
7)
menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju
terciptanya tata ekonomi dunia baru.
d.
Asas Gerakan Non Blok
1)
GNB bukanlah suatu blok tersendiri dan tidak bergabung ke dalam blok dunia yang
saling bertentangan.
2)
GNB merupakan wadah perjuangan negara-negara yang sedang berkembang yang
gerakannya tidak pasif.
3)
GNB berusaha mendukung perjuangan dekolonisasi di semua tempat, memegang teguh
perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme,
apartheid, dan zionisme.
e.
Keanggotaan GNB
Pada
waktu berdirinya, GNB hanya beranggota 25 negara. Setiap diselenggarakan KTT
anggotanya selalu bertambah, sebab setiap negara dapat diterima menjadi anggota
GNB dengan memenuhi persyaratan. Adapun syarat menjadi anggota GNB adalah
sebagai berikut:
1)
menganut politik bebas dan hidup berdampingan secara damai;
2)
mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional;
3)
tidak menjadi anggota salah satu pakta militer Amerika Serikat atau Uni Soviet.
f.
Bentuk Organisasi Gerakan Non Blok
Di
dalam Gerakan Non Blok tidak terdapat struktur organisasi yang mengurus
kegiatan di berbagai bidang karena Gerakan Non Blok bukan merupakan lembaga.
Gerakan Non Blok mengandalkan perjuangan pada kekuatan moral. Satu-satunya
pengurus dalam Gerakan Non Blok adalah ketua. Ketua Gerakan Non Blok dijabat
oleh kepala pemerintahan negara yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Gerakan Non Blok. KTT Gerakan Non Blok dihadiri oleh para kepala
pemerintahan dan kepala negara anggota Gerakan Non Blok.
Kegiatan
Gerakan Non Blok meliputi bidang berikut ini.
1)
Bidang Politik dan Perdamaian Dunia
Kegiatan
yang dilakukan Gerakan Non Blok dalam bidang politik dan perdamaian dunia,
antara lain ikut berusaha:
a)
meredakan ketegangan dunia;
b)
mengusahakan terciptanya perdamaian dunia;
c)
mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
d)
mengusahakan pelucutan senjata dan pengurangan senjata nuklir;
e)
menghapus pangkalan militer asing dan pakta-pakta militer;
f)
melenyapkan kolonialisme;
g)
menyelesaikan sengketa antarnegara dan perang-perang lokal, separti Perang
Irak-Iran, masalah di wilayah Timur Tegah (Midle East);
h)
menghapus persekutuan militer;
i
) menentang rasialisme dan apartheid.
Kegiatan-kegiatan
tersebut diselenggarkan melalui forum PBB, konferensikonferensi internasional
dan pendekatan langsung dengan negara-negara yang terlibat.
2)
Bidang Ekonomi
Kegiatan
yang dilakukan Gerakan Non Blok dalam bidang ekonomi, antara lain:
a)
ikut berusaha memperjuangkan kemerdekaan atau kebebasan dalam bidang ekonomi
dan kerja sama atas dasar persamaan derajat;
b)
ikut berusaha mewujudkan suatu tatanan ekonomi dunia baru (TEBD) sehingga
terdapat hubungan kerja sama saling menguntungkan antara negara maju dan negara
sedang berkembang. Pelaksanaan tata ekonomi dunia baru yang diperjuangkan
Gerakan Non Blok dalam forum PBB adalah sebagai berikut.
(1)
Dialog Utara–Selatan
Dialog
Utara–Selatan adalah pertemuan yang membahas kerja sama saling menguntungkan
antara kelompok negara maju yang merupakan negara industri (Utara) dan
negara-negara berkembang (Selatan). Dengan adanya dialog Utara–Selatan
diharapkan dapat menghilangkan kesenjangan antara negara maju dan berkembang
sehingga terwujud tata ekonomi dunia baru yang adil dan merata.
(2)
Kerja Sama Selatan–Selatan
Kerja
sama Selatan–Selatan merupakan bentuk kerja sama antarnegara berkembang dalam
bidang ekonomi dan teknologi.
(3)
Kelompok 77
Kelompok
77 merupakan kelompok negara berkembang yang berjuang untuk memperoleh keadilan
ekonomi atas negara-negara maju. Kelompok 77 dibentuk di Jenewa, Swiss pada
tahun 1964. Kelompok 77 beranggotakan negara di kawasan Asia, Amerika Latin dan
Karibia, serta Afrika.
g.
Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok Sejak didirikan
tahun 1961, Gerakan Non Blok telah beberapa kali mengadakan Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT), antara lain sebagai berikut.
1)
Konferensi Tingkat Tinggi I Gerakan Non Blok (KTT I Gerakan Non Blok) KTT I
Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 1–6 September 1961 di Beograd,
Yugoslavia dengan ketua Presiden Joseph Broz Tito. KTT dihadiri oleh 25 negara.
KTT I Gerakan Non Blok menghasilkan beberapa keputusan penting yang disebut
Deklarasi Beograd dan berisi, antara lain sebagai berikut:
a)
mengimbau dihentikannya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat
bersama sekutunya;
b)
mengimbau Uni Soviet dan Amerika Serikat agar hidup berdampingan secara damai
dengan menghentikan perlombaan senjata nuklir;
c)
menyerukan kepada dunia (PBB) untuk membantu negara yang masih terjajah supaya
segera merdeka.
2)
Konferensi Tingkat Tinggi II Gerakan Non Blok (KTT II Gerakan Non Blok) KTT II
Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 5–10 Oktober 1964 di Kairo, Mesir
dengan ketua Presiden Gamal Abdul Nasser. KTT dihadiri oleh 46 negara.
Keputusan penting yang dihasilkan dalam KTT II Gerakan Non Blok antara lain
sebagai berikut:
a)
penghentian Perang Dingin dan perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok
Timur;
b)
usaha perbaikan ekonomi di negara sedang berkembang agar tidak tertinggal jauh
dari negara maju;
c)
KTT II Gerakan Non Blok melahirkan Kelompok 77 yang terdiri atas negara Dunia
Ketiga yang ingin berjuang untuk memperoleh keadilan ekonomi.
3)
Konferensi Tingkat Tinggi III Gerakan Non Blok (KTT III Gerakan Non Blok) KTT
III Gerakan Non Blok diselenggarakan di Lusaka, Zambia pada tanggal 8–10
Oktober 1970 dengan ketua Presiden Kenneth Kaunda Zambia. KTT dihadiri oleh 59
negara. Keputusan penting yang diambil dalam KTT III Gerakan Non Blok, selain
tetap mendukung keputusan KTT I dan II Gerakan Non Blok, dihasilkan pula
keputusan baru, antara lain sebagai berikut:
a)
dicetuskan suatu resolusi menuntut pembangunan tata ekonomi dunia baru yang
lebih adil dan merata;
b)
mengimbau diadakannya dialog yang lebih demokratis antara kelompok Utara dan
kelompok Selatan untuk mendorong tumbuhnya perekonomian dunia yang sehat dan
dinamis;
c)
menyerukan kerja sama yang erat dan luas di antara negara anggota Gerakan Non
Blok dan tidak terlalu bergantung pada negara maju.
4)
Konferensi Tingkat Tinggi IV Gerakan Non Blok (KTT IV Gerakan Non Blok) KTT IV
Gerakan Non Blok diselenggarakan di Aljir, Aljazair pada tanggal 5–9 September
1973 dengan ketua Presiden Houari Boumediene. KTT IV Gerakan Non Blok dihadiri
oleh 76 negara. Sasaran yang hendak dicapai dalam KTT IV Gerakan Non Blok,
antara lain sebagai berikut:
a)
pengajuan rancangan tata ekonomi dunia baru;
b)
meredakan ketegangan dunia atau “détente” dan membahas persoalan Krisis Timur
Tengah;
c)
pembentukan dana pembangunan bagi negara-negara berkembang;
d)
kerja sama dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.
5)
Konferensi Tingkat Tinggi V Gerakan Non Blok (KTT V Gerakan Non Blok) KTT V
Gerakan Non Blok diselenggarakan di Kolombo, Sri Lanka pada tanggal 16–19
Agustus 1976 dengan ketua PM Sirimavo Bandaranaike. KTT dihadiri oleh 81
negara. Hasil KTT V Gerakan Non Blok “Deklarasi Kolombo” antara lain sebagai
berikut:
a)
berusaha mewujudkan tata ekonomi dunia baru;
b)
program Aksi Kolombo;
c)
penyelesaian masalah perang Vietnam.
6)
Konferensi Tingkat Tinggi VI Gerakan Non Blok (KTT VI Gerakan Non Blok) KTT VI
Gerakan Non Blok diadakan di Havana, Kuba (1979) ketua Presiden Fidel Castro.
KTT dihadiri oleh 94 negara. KTT ini membicarakan masalah masuknya pengaruh
blok sosialis ke dalam anggota Gerakan Non Blok dan mencegah terjadinya
pertikaian antaranggota. Hasil penegakan kembali pentingnya perdamaian dunia.
Birma menyatakan keluar dari GNB, sebab GNB dianggap tidak murni lagi.
7)
Konferensi Tingkat Tinggi VII Gerakan Non Blok (KTT VII Gerakan Non Blok) KTT
VII Gerakan Non Blok diadakan di New Delhi, India pada tahun 1982 dengan ketua
PM Indira Gandhi. Menurut keputusan KTT ke VI bahwa KTT VII diselenggarakan di
Bagdad Irak pada akhir tahun 1982. Oleh karena terjadi perang Irak-Iran,maka
KTT VII dialihkan ke New Delhi India. Pembicaraan pada KTT VII Gerakan Non Blok
ini masih berkisar pada cara menyelesaikan persengketaan yang timbul di antara
anggota Gerakan Non Blok, akibat perang saudara, dan pengaruh kekuatan asing.
Hasil “The New Delhi Massage”, Pesan New Delhi yaitu sebagai berikut:
a)
menghimbau agar negara-negara besar menghilangkan kecurigaan dan mengadakan
perundingan secara jujur;
b)
mendukung perjuangan rakyat Palestina dan Namibia;
c)
menghimbau agar negara-negara besar dan maju menghilangan politik proteksionisme,
sebab dapat menghambat perdagangan internasional.
8)
Konferensi Tingkat Tinggi VIII Gerakan Non Blok (KTT VIII Gerakan Non Blok) KTT
VIII Gerakan Non Blok diadakan di Harare, Zimbabwe pada tanggal 1–6 September
1986 dengan ketua Robert Mugabe. Konferensi ini dihadiri oleh 102 negara. KTT
VIII Gerakan Non Blok ini membicarakan masalah ketertiban, keamanan serta
perdamaian dunia yang menyangkut masalah hak asasi serta kedaulatan suatu
negara. Selain itu, juga berupaya menghentikan perang Irak–Iran dan
mengupayakan agar negara-negara Gerakan Non Blok mengakhiri sengketa
antarnegara.
9)
Konferensi Tingkat Tinggi IX Gerakan Non Blok (KTT IX Gerakan Non Blok) KTT IX
Gerakan Non Blok berlangsung di Beograd, Yugoslavia pada tanggal 4–7 September
1989 dengan ketua Presiden Janez Drnosek. Dalam KTT ini terjadi perbedaan
pendapat di antara para anggota mengenai masalah Irak dan Kuwait. Kelompok
pertama yang didukung mayoritas anggota menghendaki Irak menaati semua resolusi
PBB. Kelompok kedua menghendaki penyelesaian Irak–Kuwait dengan solusi Arab
tanpa campur tangan pihak luar. Akan tetapi, akhirnya Gerakan Non Blok gagal
menghentikan konflik di Teluk Persia, baik dalam kasus Perang Teluk I maupun
Perang Teluk II.
10)
Konferensi Tingkat Tinggi X Gerakan Non Blok (KTT X Gerakan Non Blok) KTT X
Gerakan Non Blok diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 1–6
September 1992 ketua Presiden Soeharto. Isu yang muncul dalam KTT X Gerakan Non
Blok di Jakarta, antara lain sebagai berikut.
a)
Gerakan Non Blok tetap mendukung perjuangan Palestina yang rumusannya terdapat
dalam Pesan Jakarta atau Jakarta Message.
b)
Menyesalkan tindakan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam pembangunan
permukiman Yahudi di wilayah Palestina.
c)
Kegagalan memasukkan masalah sanksi PBB terhadap Irak dan Libia masih
membuktikan lemahnya Gerakan Non Blok dalam mengatasi perbedaan pendapat di
kalangan anggotanya.
11)
Konferensi Tingkat Tinggi XI Gerakan Non Blok (KTT XI Gerakan Non Blok) KTT XI
Gerakan Non Blok diselenggarakan di Cartagena, Kolombia pada tanggal 16–22
Oktober 1995 dengan ketua Presiden Ernesto Samper. Hasilnya meningkatkan dialog
Utara Selatan.
12)
Konferensi Tingkat Tinggi XII Gerakan Non Blok (KTT XII Gerakan Non
Blok)
KTT XII Gerakan Non Blok diselenggarakan di Durban, Afrika Selatan pada tanggal
28 Agustus–3 September 1998. Hasil perjuangan demokratisasi dalam pengakuan
serta hubungan internasional bagi negara dunia ketiga.
13)
Konferensi Tingkat Tinggi XIII Gerakan Non Blok (KTT XIII Gerakan Non Blok) KTT
XIII Gerakan Non Blok diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan
Februari 2003. Hasilnya penyelesaian masalah Irak dengan jalan damai dan tidak
memicu pecahnya perang di Irak..........
Peran
serta Indonesia dalam gnb
GNB
digagas oleh lima kepala Negara, yaitu Presiden Indonesia Soekarno, Presiden
Yugoslavia Josep Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden
Mesir Gamal Abdel Nasser, dan Presiden Ghana Kwame Nkrumah.