PEMANFAATAN
EKSTRAK TANAMAN
BELLADONNA (Atropa bella-donna)
SEBAGAI BIOPESTISIDA
Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Negeri Semarang
ABSTRAK
Pestisida
adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama yang terbukti
mengganggu dalam kegiatan pertanian. Pemakaian pestisida saat ini masih
dilematis, dibalik manfaat yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, ada
bahaya yang harus diantisipasi . Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan
pestisida sintetis, mendorong berbagai usaha untuk pemberdayaan pestisida alami sebagai
alternatif pengganti pestisida sintetis. salah satu tanaman yang berpotensi
dijadikan sebagai bahan utama pestisida alami adalah tanaman Atropa bella-donna.
Tanaman
Atropa bella-donna adalah tanaman herba
dari keluarga Solanaceae,umumnya dikenal sebagai ' bayangan hitam kematian ' dikenal sangat beracun merupakan tanaman asli dari Eropa , Afrika Utara dan Asia Barat. Semua bagian dari tanaman mengandung alkaloid atropin , skopolamin dan hyoscyamine yang merupakan senyawa metabolit sekunder dan memiliki efek anti - kolinergik sehingga
beracun pada tubuh . Anti – kolinergik
mempengaruhi kedua sistem saraf yaitu sistem
syaraf pusat dan dan sistem
syaraf perifer. Anti - kolinergik menyebabkan deliriumakut , halusinasi ,
takikardia ,mulut kering , kulit memerah, muntah dan
pandangan kabur .
Pelarut yang digunakan
dalam proses ekstraksi mengandung methanol dan kloroform karena senyawa
alkaloid pada
tanaman Antropa bella-donna bersifat polar sehingga pelarut yang digunakan
harus bersifat polar.
Kata
kunci : Pestisida
alami, Antropa bella-donna, Beracun, Anti kolinergik
PENDAHULUAN
Pengertian
pestisida
Pestisida
adalah substansi kimia dan bahan lain untuk mengendalikan hama misalnya tungau,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi , bakteria, dan virus, nematoda ,siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan Sejak ditemukannya
diklorodifeniltrikloroetan (DDT) tahun 1939, penggunaan pestisida nabati mulai
tinggalkan. Penggunaan pestisida kimia menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan
misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan
ekosistem sungai dan danau, mengubah perilaku dan morfologi pada hewan. Selain
itu dapat meracuni dan membunuh biota laut seperti fitoplankton. Matinya
fitoplankton berpengaruh pada terputusnya rantai makanan sehingga menyebabkan
kematian pada ikan.
Dari
segi kesehatan manusia tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam
tubuh seseorang melalui mulut, kulit, dan pernafasan dan bila terakumulasi
dalam waktu yang lama menyebabkan pembentukan jaringan kanker pada tubuh, kerusakan
genetik, dan kelahiran anak yang cacat dari ibu yang keracunan.
Organisasi
Kesehatan Dunia atau WHO mencatat sejumlah keracunan pestisida diseluruh dunia antara
44.000 - 2.000.000 orang setiap
tahunnya. Selain itu dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis terlihat
dari meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, sehingga dibutuhkan dosis
yang tinggi untuk mengendalian hama yang menyerang tanaman akibatnya terjadi
kenaikan biaya produksi yang merugikan petani. Pestisida alami dapat menjadi
solusi untuk mengendalikan hama karena relatif aman dalam penggunaannya (Anggraeni
,2010).
Tingginya
dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia, mendorong kembali pemanfaatan
pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida kimia yang terbukti
sangat beracun. Salah satu tanaman yang berpotensial digunakan sebagai
pestisida alami adalah ekstrak tanaman belladonna yang mengandung alkaloid
atropin , skopolamin dan hyoscyamine yang merupakan senyawa metabolit sekunder. Efek
samping yang ditimbulkan bila ditelan adalah mulut kering, retensi urin,
sembelit, kebingungan dan delirium atau penurunan kesadaran (Ashtiania et al.,
2011).
Diskripsi Tanaman Belladonna
Atropa
Bella-donna L.
Gambar
1.1 Tanaman Atropa bella-donna
Sumber
United State Department of Agriculture
Tanaman Atropa bella-donna dikenal sangat beracun. Nama Atropa berasal dari kata "Atropos" dalam mitologi Yunani dan Bella-donna yang berarti "Wanita cantik" dalam bahasa Italia. Pada zaman Romawi kuno, ekstrak tanaman ini digunakan oleh wanita untuk melebarkan pupil untuk membuat mereka terlihat menarik. Tanaman ini tumbuh di alam liar dan menyebar ke Eropa, Afrika, dan Asia. Tinggi tanaman ini sekitar 4 sampai 5 kaki tinggi dan memiliki daun hijau gelap yang tebal dan berbentuk oval. Warna buahnya hitam identik dengan blueberry sehingga telihat menarik untuk makan. Hal ini menjadi alasan umum terjadinya keracunan setelah konsumsi buah baik pada orang-orang dewasa maupun anak-anak. Keracunan yang disebabkan oleh alkaloid atropin, skopolamin dan hyoscyamine, yang terdapat pada buah, daun dan akar.
Keracunan menyebabkan anti-kolinergik, efek pada tubuh yang dihasilkan oleh alkaloid pada Atropa belladonna menyebabkan delirium, halusinasi, takikardia, midriasis (pupil melebar), kering mulut, kulit memerah, penglihatan kabur, retensi urin, muntah dan anhidrosis (Rajput H, 2013).
Spesies
tanaman ini menarik karena alkaloid tropane termasuk hyoscyamine dan
scopolamine yang banyak digunakan sebagai agen anti-kolinergik yang bekerja
pada sistem saraf parasimpatis (Guggisberg et al., 1983). Molekul anti kanker
terisolasi dari akar tanaman ini seperti podophyllotoxin, etoposid, teniposide,
combretastatin, colchicine memiliki kegiatan antimikroba (Bisignano, et al.,
2000). Daun dan buah tanaman mengandung alkaloid tropane. Racun ini termasuk skopolamin dan hyoscyamine menyebabkan delirium
dan halusinasi dan juga digunakan sebagai antikolinergik farmasi (Winnicka et
al., 2006).
Pengaruh Atropa belladonna pada Sistem Saraf Pusat
Alkaloid atropin dan skopolamin yang terdapat pada Atropa belladonna
dikenal antagonis terhadap reseptor muskarinik. Atropin dan skopolamin memblokir reseptor muscarinic yaitu asetilkolin, yang memainkan peran penting dalam fungsi otak untuk belajar , memori dan orientasi. Dalam hal blokade muscarinic , tidak adanya asetilkolin menyebabkan halusinasi (Joshi et al,. 2003). Kenaikan tarif pernapasan dan dalam beberapa kasus overdosis , mengarah pada kegagalan kardiovaskular (Bourizi et al., 2011).
Pengaruh Atropa belladonna pada Sistem Saraf Perifer
Atropin alkaloid bertindak sebagai antagonis muskarinik dan menghambat reseptor muscarinic parasimpatis (Berdai et al., 2012) . Atropin memiliki efek lebih kuat dari skopolamin dalam memproduksi takikardia dan perubahan kardiovaskular , meskipun efek perifer dari kedua atropin dan skopolamin yang sama (Diaz et al., 1980) . Tanda-tanda efek perifer dimanifestasikan oleh blok parasimpatis menyebabkan kekeringan pada mulut , kemerahan kulit , midriasis , muntah , sembelit ,kencing retensi , demam , takikardia dan hipertensi (Berdai et al., 2012).
Gambar
1.2 Penghambatan Asetilkolin oleh Skopolamin dan Atropin
Sumber
: Antagonis Kolinergik Fakultas Farmasi UNAD
Toksisitas Atropa bella-donna
Tingkat keparahan gejala keracunan yang disebabkan oleh Atropa bella-donna dapat bervariasi dari ringan sampai sedang sampai berat, tergantungpada dosis dan sumber. Konsentrasi alkaloid ini dalam buah dan daun juga mungkin berbeda tergantung pada spesies.Atropin melintasi sistem saraf pusat yaitu otak menyebabkan, kebingungan, disorientasi,halusinasi, pergerakan terkoordinasi dan delirium gelisah dengan psikosis akut. Pada Kasus yang parah misalnya toxidrome anti-kolinergik menyebabkan koma, kejang, pernapasan dan Kegagalan kardiovaskular
Gambar 1.3
Proses Muskarinik
Sumber Antagonis
Kolinergik Fakultas Farmasi UNAD
Kandungan kimia
Atropin
Gambar
1.4 struktur kimia Atropin
Sumber
J. Chem. Pharm. Res., 2010,
2(6):410-415
Alkaloid
adalah jenis senyawa organik yang berasal dari tumbuhan. Alkaloid umumnya
terdiri dari oksigen, hidrogen, karbon, dan nitrogen. Beberapa alkaloid
dianggap beracun, tetapi yang lain sering digunakan sebagai pengobatan medis. Salah
satu jenis alkaloid yangberasal dari tanaman Atropa bella-donna atau nightshade yang mematikanyang dikenal
sebagai alkaloid tropane atau Atropin secara historis terkenal karena beracun.
Atropin
memiliki afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik, senyawa ini terikat secara
kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor
muskarinik. Atropin mengantagonis reseptor muskarinik baik di sistem syaraf sentral
maupun di sistem saraf tepi.
Skopolamin
Gambar 1.5
Struktur Skopolamin
Sumber
en.wikipedia.org
Skopolamin
merupakan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloidyangmemiliki afinitas
kuat terhadap reseptor muskarinik, senyawa ini terikat secara kompetitif,
sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik.
Hyoscyamine
Gambar 1.6
struktur Hyoscyamine
Sumber
en.wikipedia.org
Hyoscyamine juga dikenal sebagai daturine merupakan metabolit sekunder yang ditemukan pada
tumbuhan tertentu dari keluarga Solanaceae memiliki afinitas kuat terhadap reseptor
muskarinik, senyawa ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah
asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik (Choure et
al., 2010).
Perbandingan Konsentrasi senyawa alkaloid
pada tanaman belladonna
Diketahui bahwa bahwa jumlah maksimum atropin dibagian akar dan batang 4,6 dan 2,4 kali lipat lebih tinggi dari senyawa atropine yang disimpan di daun. Atropin juga dilaporkan menghambat aktivitas antimikroba (Ashtiania et al., 2011).
Gambar
1.7 Perbandingan Kandungan Atropine dan Scopolamine
Sumber
Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(29), pp. 6515-6522
Gambar
1.8 Kandungan alkaloid pada daun Atropa
bella-donna
Sumber
Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(29), pp. 6515-6522
Gambar
1.9 Kandungan alkaloid pada batang Atropa bella-donna
Sumber
Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(29), pp. 6515-6522
Gambar
2.0 Kandungan alkaloid pada akar Atropa bella-donna
Sumber
Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(29), pp. 6515-6522
GAGASAN
KHUSUS
Kondisi
Kekinian
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mengendalikan hama yang merugikan kegiatan pertanian agar kualitas maupun
kuantitas hasil panen tidak menurun, hama
didefinisikan sebagai binatang diluar binatang ternak yang keberadaannya
menyebabkan kerugian yang serius.
Kebiasaan
masyarakat menggunakan pestisida kimiawi yang sudah berlangsung lama mengingat
mudahnya dalam mendapatkan pestisida kimiawi serta rendahnya minat masyarakat
untuk beralih dari pestisida kimiawi ke pestisida nabati karena alasan
kepraktisannya tentu sangat disayangkan, apalagi masyarakat kadang menghiraukan
dosis pemberian pestisida kimia pada tanaman .
Dampak negative
penggunaan pestisida kimia tidak hanya dirasakan oleh manusia namun semua
organisme baik tumbuhan, hewan, dan lingkungan ikut merasakan dampak misalnya
tercemarnya sumber perairan, resistensinya hama terhadap pestisida kimia. hama
pada tanaman tidak boleh dimusnahkan sampai habis namun hanya dikendalikan
jumlahnya. penggunaan pestisida kimia malah ikut memusnahkanorganisme non hama
yang bermanfaat bagi sehingga keseimbangan ekosistem terganggu . Zat kimia yang
mengendap dalam waktu lama akan terakumulasi didalam tanaman yang pada akhirnya
bila tanaman dikonsumsi oleh manusia bisa menimbulkan bahaya yang baru bisa
dirasakan dalam jangka waktu lama. mengingat senyawa kimia didalam pestisida
kimia merupakan senyawa karsinogen bila terakumulasi dalam jangka waktu lama
didalam tubuh dapat menyebabkan kanker bahkan perubahan susunan genetika
makhluk hidup.
Penggunaaan
pestisida kimiawi yang lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya dapat
diatasi dengan kembali menggunakan pestisida alami yang telah ditinggalkan.
banyak tanaman yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan pestisida
nabati. pestisida nabati dipilih karena selain murah serta mudah dalam
pembuatannya, Dialam senyawa kimia dari pestisida nabati mudah terurai serta
tidak menimbulkan resistensi terhadap hama, tidak mencemari sumber-sumber perairan
dan yang paling terpenting tidak membunuh organisme lain selain hama yang
bermanfaat bagi tanaman.
Pestisida
nabati bagi saya merupakan solusi jangka panjang untuk mengurangi penggunaan
pestisida kimiawi karena zat yang terdapat didalam pestisida nabati tidak kalah
kuat dalam mengendalikan hama. pestisida nabati aman digunakan dalam kegiatan
pertanian dan juga tidak berbahaya bagi manusia. Kedepan dapat dilakukan
pengembangan lebih lanjut agar hasilnya optimal.
Salah satu tanaman yang sangat berpotensi sebagai pestisida nabati namun belum banyak dikembangkan adalah adalah tanaman Atropa bella-donna yang mengandung zat alkaloid atropin , skopolamin dan hyoscyamine terutama dibagian akar dan batangnya yang merupakan senyawa metabolit sekunder dan memiliki efek anti – kolinergik atau menghambat penempelan asetilkolin sehingga mengganggu sistem syarat pusat dan sistem syarat tepi. Laporan dari berbagai jurnal internasional mengatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi 8 buah dari Atropa bella-donna dapat meninggal seketika. sehingga dapat berpotensi sebagai pestisida pada hama pengerat serangga- serangga yang biasanya sulit untuk dikendalikan serta melaporkan bahwa atropine yang terdapat pada Atropa bella-donna menghambat aktivitas mikroba (Ashtiania et al., 2011).
Cara Mengekstrasi Tanaman Belladonna Menjadi Pestisida Nabati
Ekstraksi adalah
penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan
pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan mentah obat yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut
kecuali dikumpulkan dan dikeringkan (Janah, 2013).
Cara untuk ekstraksi alkaloid yang mengandung senyawa atropin , skopolamin dan hyoscyamine dari akar, batang, daun yaitu bagian tanaman belladonna yaitu
bagian akar, batang daun maupun buahnya dijadikan bubuk halus kering, untuk
mendapatkan bubuk yang kering dan halus tanaman belladonna dikeringkan dengan
menggunakan oven sampai kadar airnya kurang dari 5%, kemudian bila sudah
mendapatkan bahan yang kering, bahan tadi digerus sampai halus agar mendapatkan
butiran halus yang maksimal kegiatan penggerusan dilakukan sampai bahan
betul-betul halus. Setelah itu menimbang bahan bubuk sebanyak 0,5 g kegiatan
selanjutnya yaitu dengan mengekstraksi bahan sebanyak tiga kali selama 30 menit dalam 15 ml
kloroform , metanol dan 25 % amonia dengan perbandingan 15 : 15 : 1 ( v / v / v ) ) menggunakan perangkat ultrasound. (Ashtiania 2011). Karena alkaloid tersebut merupakan senyawa
polar sehingga harus dilarutkan dalam pelarut yang lebih polar seperti etanol
dan metanol. agar
senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman
belladonna dapat larut dan
diekstraksi.
Bahan yang sudah diekstraksi
Kemudian disimpan
pada suhu kamar selama 1 jam agar mengendap setelah
itu menyaring menggunakan kertas saring. Tambahkan sebanyak dua
kali dengan 1 ml CHCl3 , kemudian pelarut diuapkan sampai kering . Residu yang mengering dilarutkan dalam 5
ml CHCl3 dan 2 ml dari 1 N sulfatasam dan aduk rata . Fraksi
CHCl3 dibasakan dengan ( pH
10 ) dengan 25 % amonium hidroksida di atas es . Alkaloid
diekstraksi sekali lagi dengan 2 ml CHCl3 dan dua kali dengan 1 ml khloroform. Setelah
penambahan Na2SO4 anhidrat , disaring dan residu dicuci
dengan 1-2 ml CHCl3 . Pelarut diuapkan sampai kering di
bawah vakum pada 40 ° C dan residu ( ekstrak total ) dilarutkan dalam volume
yang sesuai ( 1-2 ml ) metanol ( Kamada et
al . , 1986) .
Upaya
Promotif Pestisida Alami dari Ekstrak Tanaman Atropa bella-donna
Tanaman Atropa bella-donna dikenal sangat beracun. Nama Atropa berasal dari "Atropos" dalam mitologi Yunani dan Belladonna yang berarti "Wanita cantik" dalam bahasa Italia. Tanaman ini tumbuh di alam liar dan menyebar ke Eropa, Afrika, dan Asia. Tinggi tanaman ini sekitar 4 sampai 5 kaki tinggi dan memiliki daun hijau gelap yang tebal dan berbentuk oval. Warna buahnya hitam identik dengan blueberry sehingga telihat menarik untuk makan. Hal ini menjadi alasan umum terjadinya keracunan setelah konsumsi buah baik pada orangorang dewasa maupun anak-anak. keracunan yang disebabkan oleh alkaloid atropin, skopolamin dan hyoscyamine, yang hadir dalam buah, daun dan akar. Menyebabkan keracunan pada tubuh (Rajput H, 2013).
Belum banyak masyarakat indonesia yang memanfaatkan
tanaman belladonna sebagai tanaman yang digunakan sebagai bahan alternatif
pengganti pestisida kimia, padahal tanaman tersebut mengandung senyawa
metabolit sekunder yaitu alkaloid yang lazimnya merupakan bahan utama dalam
pembuatan pestisida nabati. padahal kondisi geografis
Indonesia mendukung untuk pengembangan tanaman belladonna yang bisa digunakan
sebagai bahan baku pembuatan pestisida nabati dan anti mikroba.
Upaya promotif yang sudah dilakukan salah
satunya dengan diterbitkannya buku berjudul “ Secondary metabolism in plant
cell culture atau Senyawa metabolisme sekunder didalam sel tanaman yang
dibudidayakan” oleh Phillip morris terbitan tahun 1986 dari Wilfson Institute of Biotecnology, University of Shiffied didalam bukunya
Phillip morris mengatakan bahwa kandungan metabolisme sekunder dari beberapa
tanaman yang sering dibudidayakan, pada tanaman Atropa bella-donna ditemukan senyawa alkaloid tropin dibagian
batang dan yang terbanyak terdapat di bagian
akar. Buku ini banyak digunakan
sebagai rujukan untuk mengetahui tingkat toksisitas beberapa tanaman. Sehingga
sangat membantu dalam menyebarluaskan informasi seluas-luasnya untuk ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat pestisida nabati mengingat
kandungan racun yang sangat tinggi pada tanaman belladona.
Upaya Preventif Pestisida
Alami dari Tanaman Atropa Blla-donna
Penggunaan
pestisida kimia menyebabkan keracunan. keracunan dikategorikan menjadi 3
kelompok, yaitu keracunan akut ringan, keracunan akut berat dan kronis.
Keracunan akut ringan menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan,
badan terasa sakit dan diare. Keracunan akut berat menimbulkan gejala mual,
menggigil, kejang perut, sulit bernapas keluar air liur, pupil mata mengecil
dan denyut nadi meningkat. Selanjutnya, keracunan yang sangat berat dapat
mengakibatkan pingsan, kejangkejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Pestisida
dapat masuk ke tubuh manusia atau hewan melalui 3 cara yaitu kontaminasi lewat
kulit. Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh
dan menimbulkan keracunan. Terhisap lewat hidung atau mulut, Pestisida terhisap
lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit.
Dampak dari
penggunaan pestisida kimia yang tidak terkendali bisa menyebabkan punahnya spesies
hewan yang bukan merupakan target utama dalam penggunaan pestisida misalnya predator alami jika predator punah, maka serangga dan hama akan
berkembang tanpa kendali.sehingga
terjadi gangguan keseimbangan ekosistem
akibat
Punahnya
spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya
keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
(Anggraeni, 2010).
Sehingga
upaya yang harus segera dilakukan adalah mengkampanyekan penggunaan pestisida
alami yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesahatan serta mengedukasi
khususnya kepada para petani sebagai pihak yang banyak terlbat dalam penggunaan
pestisida kimia mengenai dampak buruk yang ditimbulkan oleh penggunaan
pestisida kimia. misalkan memanfaatkan tanaman atropa bella-donna yang memiliki
racun alkaloid atropin , skopolamin dan hyoscyamine yang merupakan senyawa metabolit sekunder dan memiliki
efek anti – kolinergik sehingga menekan sistem syaraf pusat maupun sistem syarat tepi
bila digunakan untuk mengendalikan untuk mengendalikan hama akan menekan
penggunaan bahan kimia diklorodifeniltrikloroetan (DDT) yang sering
digunakan dalam pestisida kimia.
Daftar pustaka
Anggraeni, L.
(ed). (2010) Pengenalan Tumbuhan
Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya Secara Tradisional. Booklet
Pestisida Nabati. Kementrian Kehutanan.
Ashtiania, F., Fatemeh, S.(2011) Tropane alkaloids of Atropa belladonna L. and Atropa
acuminata Royle ex Miers plants. Journal of Medicinal Plants Research,
Vol. 5(29), pp. 6515-6522.
Berdai,M.A.,
Labib, S., Chetouani,K.,Harandau. M .(2012) Atropa
belladonna intoxication case report.Pan Afr med J 11:72.
Bisignano, G.,
Sanogo, R., Marino, A., Aquino, R., D’angelo, V., Germano, M. P., Pasquale, R.,
& Pizza, C. (2000) Letters in Applied
Microbiology. 30:105–108.
Choure, R., Vaidya, N.(2010) Structurally
Modified Atropine molecule by electroanalytical method for its increased
Anesthetic Potency.
J. Chem. Pharm. Res, 2(6):410-415
Diaz,D.M., Diaz,F.S.,Mark,D.S.(1980) Cardiovascular Effect of
Glycopyrrolate and Belladonna Derivatives in Obstetric Patienst.BULL N Y
Acad Med 56:245-248
Guggisberg, A.,
Hesse, M.(1983) Putrescine, Spermidine, Spermine and Related Polyamine Alkaloids in The Alkaloids. Academic press, New
York.
Jannah, S.R.(2013) Aktivitas Ekstra Etanol Daun Bintaro (Cerbera odollam) Terhadap Bakteri Shigella sonnei dan Staphylococcus
saprophyticus Beserta Bioautografinya.Skripsi. Surakarta:UMS.
Joshi, P., Wicks, A.C., Munshi, S.K.
(2003) Recurrent autumnal psychosis.
Postgrad Med J 79: 239-240.
Kamada, H.,
Okamura, N., Satake, M., Harada, H., Shimomura, K., (1986) Alkaloid production by hairy root cultures in Atropa belladonna.
Plant cell Rep 5(4) 239-242.
Khan, M. B.,
Harborne, J. B. (1991) A comparison of the effect of mechanical and
insect damage on alkaloid levels in Atropa acuminata. Biochemical
systematics and ecology, 19:529-534.
Kumar, S. (2014) Alkaloidal drug . A review,Vol 4 107-119.
Maqbool ,F., Seema ,S., Zahoor,A.K., and Mahroofa, Jan.(2014). Medicinal
importance of Genus Atropa Royle
. A review. Volume
2, Issue 2, 48-54.
Rajput, H. (2013) Effects of Atropa belladonna as an Anti-Cholinergic. Nat Prod Chem Res
1:104.
Rani, A,. and Prasad. (2013) Studies on the Organogenesis of Atropa Belladonna in In-vitro
Conditions. Volume
4, Number 5 , pp. 457-464.
Siddarama, R., M,
J.B., A, A.K.(2015) A case report Atropin
induced CNS side effect and Tachycardia.IJAMCSR.vol 3.
Ulbricht, C.,
Basch, E., Hammerness, P., Vora, M., Wylie, J., Woods, J.(2004) An Evidence-Based Systematic Review of
Belladonna by the Natural Standard Research Collaboration. Journal of
Herbal Pharmacotherapy, Vol. 4(4).
Winnicka,
W., Bielawski, K., and Bielawska, A.(2006) Cardiac
glycosides in can- cer research and cancer therapy. Acta Pol Pharm, 63, 109–115 .