Ekstraksi Benih
1. Ekstraksi Benih
Kuswanto (2003) menyebutkan bahwa proses ekstraksi
benih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah.
Pernyataan ini diperjelas oleh Ekawati (2004) bahwa ekstraksi benih merupakan
pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai,
tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk
bahan tanam yang memenuhi persyaratan. Ekstraksi diperlukan karena biasanya
benih tidak dipanen secara langsung, biasanya pengunduhan dilakukan terhadap
buahnya. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah
dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:
- Cone dan polong
Sesudah
tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air
tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya
diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat
dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak
benturan dan getaran. Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam
hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur lapisan benih, dan ekstraksi
standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families) tersebut secara
berbeda. (Kuswanto, 2003).
- Buah kering
|
Ini
merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang
terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah
kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in)
menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan
sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada
saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu
cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok,
sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti
(Kuswanto, 2003).
- Buah Berdaging
Pada buah
berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan
terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini adalah
tanaman cabai, oyong, okra dan paria (Kuswanto, 2003).
- Buah Berdaging dan Berair (Wet Fleshly Fruit)
Buah tipe
ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga pada saat benih
masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat
tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-ruang
tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan
demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih
dahulu menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu,
kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir (Kuswanto,
2003).
2 Metode ekstraksi
Ekawati
(2004) menyebutkan bahwa dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah
berdaging dan berarir (Wet Fleshly Fruit) memerlukan metode ekstraksi
dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan
dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi
dimodifikasi dengan ekstraksi secara kering yang dapat dilakukan secara manual
atau dengan mesin antara lain:
Benih dari
beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode
ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi
dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan
(inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu
sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005) pernyataan ini juga disampaikan oleh
Sutopo (2002) dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang
diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang
terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun. (Ekawati,
2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstrakksi basah,
antara lain:
- Fermentasi
Benih yang
telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila
perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa
hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang
tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu
ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama
fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270
C maka diperlukan waktu 1-2 hari., sedangkan apabila digunakan
temperature 150 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari.,
tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur
(pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah
timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke
dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan
air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air
bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih
yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu
310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan
yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
- Metode Mekanis (Mechanical Method)
Pada usaha
skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien jika
menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin
(seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih
dari pulp yang mengandung inhibitor (Ekawati, 2004)
- Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode
fermentasi memerlukan waktu relative lama terutama bila dilakukan di Negara
yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk
mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya HCL 35%,
dengan dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan
HCL digunakan untuk merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit,
massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih
yang tenggelam didasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga
bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas
lakmus). Pitoyo (2005) juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah
fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua
hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji
dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N
sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan
secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya
kecambah . Kuswanto (2003) menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu
fermentasi dapat digunakan zat kimia HCL 35% dengan doasis 5 liter HCL 35 %
icampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk
merendam pulp selama 30 menit. Murniati (1999) dalam penelitiannya memanfaatkan
kapur tohor sebagai bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi
kapur tohor 20 g/l dengan lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh
terbaik (96%) untuk benih manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe
buah berdagung dan berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat
dipalikasikan dalam ekstraksi benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan
kapur tohor adalah prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat
mencegah terjadinya pembusukan yang dapat mempengaruhi kualitas benih terutama
viabilitasnya dan tidak menyebabkan perubahan warna.
Yang dimaksud kadar air benih, ialah
berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai
dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat
awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam
benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan
dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air
diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk
menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan
viabilitas benih tersebut.
Beberapa hal perlu diperhatikan
dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan
merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara.
Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah
terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji
bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami
perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah
untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan
diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar
serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih
tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah.
Metode yang digunakan untuk menguji
kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air
benih, yaitu :
a) Konvensional ( Menggunakan Oven )
Skema pengujian
kadar air benih dengan metode konvensional (oven)
b) Automatic
(Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer)
Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.
Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.
Pengujian benih merupakan metode
untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu,
komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman
benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu
dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan
kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang
dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk
menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian
mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan
contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana
melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala
macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang
termasuk benihmurni diantaranya adalah :
Ă Benih masak
utuh
Ă Benih yang
berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
Ă Benih yang
telah berkecambah sebelum diuji
Ă Pecahan/ potongan
benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat
dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
Ă Biji yang
terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih
tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan
tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran
benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang
termasuk kedalam kotoran benih adalah:
Ă Benih dan
bagian benih
@ Benih tanpa
kulit benih
@ Benih yang
terlihat bukan benih sejati
@ Bijihampa
tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
@ Cangkang
benih
@ Kulit benih
Ă Bahan lain
@ Sekam, pasir,
partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.
Dalam pengambilan contoh kerja
untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara
duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara
simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Skema pengujian
analisis kemurnian benih
Dari skema
diatas dapat diketuhi bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu
kali, tetapi jika secara duplo maka
pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.
Setelah
dilakukan pengabilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan untuk mengetahui
berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian. Tahap selanjutnya
adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara
visual bedasarkan penampakan morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran
benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan
pada setiap komponen tersebut. Hasil dari penimbangan dilakukan perhitungan
faktor kehilangan.
Ket. ck = contoh kerja
k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Faktor kehilangan yang diperbolehkan
≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal, maka
analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan
dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.
Ket. k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Dari hasil
perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun
ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
a) Hasil
analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat
dari semua komponen harus 100%.
b) Komponen
yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya
dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
c) Bila
komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang nialinya
terbesar.
d) Nama ilmiah
dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan.
Sebagai langkah pertama dalam
pengujian mutu benih adalah menyediakan contoh benih yang dapat dianggap
seragam dan memenuhi persyratan yang telah idtentukan oleh ISTA.
Tujuan penarikan contoh adalah untuk
mendapatkan contoh benih yang mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup
untuk keperluan pengujian mutu benih. Benih pertanian dan holtikultura : untuk
benih yang berukuran seperti Triticum spp atau lebih besar, berat
maksimum untuk setiap kelompok benih adalah 20.000 kg. untuk benih yang lebih
kecil dari Triticum spp, berat maksimumnya adalah 10.000 kg. benih
pohon-pohonan : untuk benih yang berukuran seperti benih Fagus spp atau
lebih besar, berat maksimumnya adalah 5.000 kg. untuk benih yang lebih kecil
dari benih Fagus spp berat maksimumnya adalah 1.000 kg.
Prinsip pengambilan cotoh benih
adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang
kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil
benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama. Pada saat
penarikan contoh, tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka, dan pada
saat dikeluarkan jari-jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat,
sehingga tidak ada satu pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari
dalam wadah.
Benih-benih yang terambil dari
setiap pengambilan contoh ini disebut contoh primer, sedangkan gabungan
contoh-contoh primer disebut contoh komposit. Contoh benih yang diambil secara
acak dari contoh komposit ini dapat digunakan sebagai contoh kiriman. Dari
contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja secara acak.
Cara Pengambilan
Contoh primer (primary sample) contoh
primer dapat diambil dengan tangan atau dengan “seed trier” yaitu suatu alat
untuk mengambil contoh benih. Apabila menggunakan tangan maka pengambilan
contoh benih harus dilakukan pada kedalaman lebih dari 40 cm dari wadah atau
bulk. Dalam beberapa hal dan untuk species tertentu, terutama yang benihnya
sukar dialirkan, cara pengambilan contoh benih dengan tangan lebih memuaskan.
Tetapi cara yang lebih umum dengan menggunakan seed trier. Alat ini terbuat
dari pipa logam yang mempunyai celah-celah atau lubang-lubang di satu sisi
melalui mana contoh benih dapat mesuk. Terdapat beberapa bentuk dan ukuran seed
trier, tergantung pada ukuran benih.
Solution adapted to any kind of sampling
Code
|
Article
|
Length/Description
|
(1) 130174
|
Conical
seed probe
(nobe)
|
250 mm (stainless steel)
|
(2) 130171
|
Cocoa -
coffee probe
(nobe)
|
360 mm (steel)
|
(3) 130179
|
Probe for
powdery products
(nobe)
|
300 mm, Ă 14 mm (stainless steel)
|
(4) 130180
|
RKS probe
(stick)
|
1,5 m, Ă
30 mm (aluminium)
|
(4) 609205
|
RKS probe
(stick)
|
2 m, Ă 30
mm (aluminium)
|
Stik trier atau sleve trier, untuk pengambilan contoh
benih dari wadah :
Benih clover dan benih-benih
berukuran kecil lainnya yang mudah mengalir, digunakan trier berukuran panjang
762 mm, diameter 12,7 mm dan 9 celah. Benih cerealia, digunakan trier berukuran
panjang 762 mm, diameter 25,4 mm dan 6 celah.
Nobbe trier atau spear
Alat ini sangat cocok untuk
pengambilan benih dari wadah (karung, kantong, dan lain-lain). Berukuran
panjang 250, 300, 360 mm dengan diameter 14 mm untuk benih cerealia dan 10 mm
untuk benih clover dan sejenisnya.
Contoh campuran (composit sample),
semua contoh primer dijadikan satu dan dicampur dalam satu wadah dapat
dalam kantong, kaleng, kotak atau tray. Jumlah contoh campuran ini jauh lebih
banyak dari yang diperlukan untuk diuji. Oleh karena itu masih harus dikurangi
lagi.
Contoh kirim (submitted sample), berasal
dari contoh campuran yang telah dikurangi, sesuai dengan berat minimum yang
telah ditetapkan oleh peraturan ISTA. Contoh berat minimum submitted sample
unutuk species-species berikut ini adalah :
Padi : 1.000 gram
Jagung : 1.500 gram
Kacang tanah : 1.000 gram
Kedele : 1.000 gram
Kacang hijau : 1.000 gram
Contoh kerja (working sample),
berasal dari submitted sample. Untuk mendapatkan contoh uji yang
seragam, maka submitted sample harus diaduk terlebih dahulu didalam suatu alat
pengaduk (mixer) kemudian baru diacak. Ada beberapa metode pengacakan yaitu :
1. Metode pembagi secara
mekanik (mechanical divider method)
1.1.
Conical divider (Boerner type)
1.2.
Soil divider
1.3.
Centrifugal divider (Gamet type)
2. Metode pengacakan
dengan cangkir (random cups method)
3. Metode sendok (spoon
method)
Contoh alat pembagi dan alat pengaduk benih secara
mekanik
Seed Sieve Shaker
Seed
(Alat pengaduk)
Riffle Type Divider- Soil Type
(Alat pembagi)
Riffle
divider
(Alat pembagi)
Boerner
conical divider
(Alat pembagi)
VS riffle
divider
(Alat pembagi)
Ketentuan penarikan contoh
a.
Pengambilan contoh dari suatu kelompok benih dilakukan secara manual
b. Pengambilan contoh dilakukan oleh
petugas yang terlatih atau berpengalaman dalam penarikan contoh benih dan atas
pemintaan petugas, pemilik benih memberikan informasi tentang kelompok benih.
(Sumber : SNI 01-7136-2005 - Badan Standarisasi Nasional)
Pembuatan contoh kirim dengan :
a. Mengurangi contoh
campuran
b. Pengurangan dapat
dilakukan dengan cara acak parohan atau pembagi contoh benih (seed sample
divider)
c. Apabila tidak mungkin
dilakukan dengan cara acak parohan, contoh campuran langsung dikirim semuanya
d. Apabila contoh
campuran sama dengan contoh kirim, maka contoh campuran dianggap sebagai contoh
kirim. (Sumber : SNI
01-7136-2005 - Badan Standarisasi Nasional)
Penanganan contoh kirim dapat dilakukan dengan :
a. Contoh kirim diberi
identitas yang sesuai dengan kelompok benih
b. Contoh kirim dikemas
dalam wadah yang dapat menghindarkan benih dari kerusakan selama pengangkutan
c. Tanggal penerimaan,
tangal kirim, dan identitas contoh kirim dicatat setelah contoh kirim diterima
oleh instansi penguji
d. Contoh kirim
hendaknya diuji setelah tiba di instansi penguji. (Sumber : SNI 01-7136-2005 - Badan
Standarisasi Nasional)
Intensitas pengambilan contoh benih
a. Benih disimpan dalam
silo (bulk), apabila berat kelompok benih :
*
Kurang dari 50 kg : paling sedikit harus diambil 3 contoh primer.
*
Sampai dengan 500 kg : paling sedikit harus diambil 5 contoh primer.
*
501-3.000 kg : paling sedikit 5 contoh primer masing-masing dengan berat 300
kg.
*
3001-20.000 kg : paling sedikit 10 contoh primer masing-masing dengan berat 500
kg. (sutopo, lita. 2004)
b. Benih yang disimpan
dalam wadah :
*
Sampai dengan 5 wadah : paling sedikit dari setiap wadah diambil contohnya
sehingga diperoleh 5 contoh primer.
*
6-30 wadah : dari setiap 3 wadah diambil 1 contoh tetapi tidak boleh
kurang dari 5 contoh primer.
*
Lebih dari 30 wadah : dari setiap 5 wadah diambil 1 contoh tetapi tidak boleh
kurang dari 10 contoh primer. (sutopo, lita. 2004)
Pengambilan contoh primer dari wadah
tersebut dilakukan secara acak dan sebaiknya diambil dasar seberat 100 kg.
untuk wadah-wadah yang lebih kecil sebaiknya digabungkan membentuk suatu unit
dengan bertmaksimum 100 kg. sebagai contoh :
*
Untuk 10 wadah dari 40 kg dibentuk : 5 unit
*
2 wadah daru 40 kg dibentuk
: 1 unit
*
20 wadah dari 40 kg dibentuk
: 1
unit
*
100 wadah dari 1 kg dibentuk
: 1 unit
(sutopo, lita. 2004)
Contoh kirim yang telah didapat
dijadikan contoh kerja dengan membagi contoh kirim tadi. Pembagian dilakukan
dengan seed divider, benih terlebih dahulu diaduk dalam baki. Cara pembagian yaitu
dengan memasukan benih pada corong seed divider, ratakan begian atasnya agar
pembagian benih dapat seimbang. Jika benih yang pembagian benih dianggap tidak
seimbang maka pembagian dapat diulang kembali, maksudnya adalah agar berat dari
pembagian tersebut dapat sama 500 gram dan benih dapat diacak.
Pembagian benih dilakuan sampai 3
kali, sehingga berat benih mencapai 125 gram. Untuk mengetahui berat benih ini
dan untuk memastikan bahwa setiap tahap pembagian benih seimbang, maka pada
setiap tahap pembagian benih dapat ditimbang terlebih dahulu.
Pembagian
benih yang telah dianggap seimbang, merata, dan teracak sempurna sampai benih
tersebut mencapai berat 125 gram maka benih dapat dijadikan sebagai contoh
kerja.
Uji kecambah
diLaboratorium
Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya
benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul
dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul
ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai
produk pertanian (Kartasapoetra, 2003). Pengujian benih ditujukan untuk
mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat
bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa
memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari
suatu benih (Sutopo, 2002).
Secara historis pengujian benih pertama kali dilakukan
pada tahun 1869 ketika Profesor Friedrich Nobbe mendirikan laboratorium benih
pengujian pertama di Saxony Jerman, yang kemudian dengan segera diikuti oleh
laboratorium di Austria, Hungaria, Belgia, Denmark, Rusia dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1876, Nobbe menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul
"Handbook on Seed Testing", pendahulu dari "International Rules
for Seed Testing " yang sekarang membentuk dasar pengujian benih di hampir
seluruh dunia, hingga pada tahun 1924 kemudian didirikan International Seed
Testing Association (ISTA) yang secara resmi menerbitkan peraturan tentang
pengujian benih secara internasional.
Mengapabenihdiuji?
Dari keseluruhan biaya produksi pertanian, biaya untuk membeli benih biasanya secara proporsional relatif kecil, oleh karena itu penggunaan benih yang berkualitas tinggi adalah investasi yang bijaksana. Pengujian benih memainkan peran penting pada banyak tahapan, mulai dari panen hingga benih ditabur dan informasi yang tertera pada sertifikat/label benih dapat membantu sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan beberapa hal seperti misalnya :
• Apakah proses sertifikasi benih tersebut layak dilakukan atau sepadan dengan hasilnya, ataukah lebihbaikdijual untuk konsumsi saja?
• Apakah sebagian besar atau seluruh benih yang akan diproduksi dapat terjual dengan harga yang layak, dalam artian keuntungan yang akan diperoleh sepadan dengan upaya dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi?
• Apakah benih yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas? dsb
Dari keseluruhan biaya produksi pertanian, biaya untuk membeli benih biasanya secara proporsional relatif kecil, oleh karena itu penggunaan benih yang berkualitas tinggi adalah investasi yang bijaksana. Pengujian benih memainkan peran penting pada banyak tahapan, mulai dari panen hingga benih ditabur dan informasi yang tertera pada sertifikat/label benih dapat membantu sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan beberapa hal seperti misalnya :
• Apakah proses sertifikasi benih tersebut layak dilakukan atau sepadan dengan hasilnya, ataukah lebihbaikdijual untuk konsumsi saja?
• Apakah sebagian besar atau seluruh benih yang akan diproduksi dapat terjual dengan harga yang layak, dalam artian keuntungan yang akan diperoleh sepadan dengan upaya dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi?
• Apakah benih yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas? dsb
Uji Perkecambahan
Suatu pengujian perkecambahan di laboratorium mengukur proporsi benih yang mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati.
Suatu pengujian perkecambahan di laboratorium mengukur proporsi benih yang mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati.
Analisis Kemurnian
Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002).
Yang termasuk dalam kategori benih murni adalah meliputi semua varietas dan setiap species yang diakui sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau penguji di laboratorium, dan biji yang masih utuh meskipun berukuran lebih kecil dari ukuran normal, belum terbentuk sempurna, keriput, terkena penyakit atau telah tumbuh. Selain itu benih yang patah atau rusak masih tergolong sebagai benih murni asalkan berukuran lebih besar dari setengah ukuran sebenarnya. Analisis Kemurnian hanya mencari seberapa banyak persentase benih dalam beberapa kriteria seperti tersebut di atas dalam suatu contoh benih, sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang tidak termasuk dalam materi yang diuji.
Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002).
Yang termasuk dalam kategori benih murni adalah meliputi semua varietas dan setiap species yang diakui sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau penguji di laboratorium, dan biji yang masih utuh meskipun berukuran lebih kecil dari ukuran normal, belum terbentuk sempurna, keriput, terkena penyakit atau telah tumbuh. Selain itu benih yang patah atau rusak masih tergolong sebagai benih murni asalkan berukuran lebih besar dari setengah ukuran sebenarnya. Analisis Kemurnian hanya mencari seberapa banyak persentase benih dalam beberapa kriteria seperti tersebut di atas dalam suatu contoh benih, sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang tidak termasuk dalam materi yang diuji.
Yang termasuk dalam kategori benih tanaman lain akan
mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh
dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Yang termasuk dalam kategori biji-bijian herba/gulma
adalah merupakan bji dari tanaman lain yang tidak kehendaki, dan bublet, tuber
dari tanaman yang dinyatakan sebagai gulma, herba menurut undang-undang,
peraturan resmi atau pendapat umum.
Kotoran benih terdiri dari semua materi asing dalam sampel
termasuk bagian/serpihan tanaman, tanah, pasir, batu, tubuh jamur serta semua
materi dan struktur yang tidak secara khusus diklasifikasikan sebagai benih
murni atau biji lain.
Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih dimana
komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil
uji benih murni, benih tanaman lain dan atau varietas lain, biji-bijian herba,
serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang
dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram (Kartasapoetra, 2003)
Dari hasil analisis akan terungkap apakah benih itu
memenuhi persyaratan sertifikasi atau tidak, atau apakah mengandung benih dari
spesies tertentu yang mungkin telah dinyatakan berbahaya atau dilarang di
daerah tertentu atau pasar, atau memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk
meningkatkan kualitas lot benih secara keseluruhan.
Pengujian Kadar Air
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah juga akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Justice dan Bass, 2002). Selain itu terdapat juga dua faktor eksternal yang cukup penting dan berpengaruh pada panjang pendeknya umur benih, yaitu suhu dan kelembaban relatif lingkungan di mana benih disimpan dan kedua faktor ini saling bergantung. Benih bersifat higroskopis yaitu benih secara otomatis akan menyeimbangkan kadar kelembabannya dengan lingkungan tempat penyimpanannya, sehingga jika benih disimpan dalam suatu tempat dengan kondisi kelembaban yang relatif tinggi akan menyerap kandungan air dari lingkungan sekitarnya dan menyebabkan kadar air benih juga menjadi tinggi.
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah juga akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Justice dan Bass, 2002). Selain itu terdapat juga dua faktor eksternal yang cukup penting dan berpengaruh pada panjang pendeknya umur benih, yaitu suhu dan kelembaban relatif lingkungan di mana benih disimpan dan kedua faktor ini saling bergantung. Benih bersifat higroskopis yaitu benih secara otomatis akan menyeimbangkan kadar kelembabannya dengan lingkungan tempat penyimpanannya, sehingga jika benih disimpan dalam suatu tempat dengan kondisi kelembaban yang relatif tinggi akan menyerap kandungan air dari lingkungan sekitarnya dan menyebabkan kadar air benih juga menjadi tinggi.
Kualitas benih yang disimpan dengan kadar air yang
relatif tinggi akan lebih cepat mengalami penurunan dibanding dengan benih yang
berkadar air rendah. Ada sebuah rumusan mengenai hal ini, yaitu untuk
setiap penurunan kelembaban sebanyak 1% atau pengurangan suhu sebanyak 5ÂșC,
lama simpan benih akan meningkat dua kali lipat.
Pengujian kadar kelembaban benih di laboratorium
pengujian benih akan dapat mengindikasikan apakah perlu dilakukan proses
pengeringan benih lebih lanjut sebelum disimpan, atau dapat juga
mengindikasikan bahwa kadar kelembaban benih tersebut sudah sesuai dengan
pesyaratan.
Menurut Sutopo (2002), pada prinsipnya metode yang
digunakan dalam menentukan kadar air ada dua macam yaitu :
a. Metode praktis; metode ini mudah
dilaksanakan tetapi hasilnya seringkali kurang akurat karena rentang nilai
hasil pengujian dari beberapa kali ulangan seringkali terlalu besar, yang
termasuk metode ini adalah metode Calcium carbide, metode Electric moisture
meter, dan lain-lain.
b. Metode dasar; dalam hal ini kadar
air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh
pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase
dari berat mula-mula, yang termasuk dalam metode dasar adalah metode Oven,
metode Destilasi, Metode Karl Fisher dan lain-lain.
Uji Daya Kecambah (Viabilitas)
Pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Kuswanto, 1996).
Pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Kuswanto, 1996).
Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium
hanya menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada
pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang
menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang
optimum. Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan terssebut dinilai
sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh
setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati (Sutopo, 2002).
Pengujian viabilitas terhadap suatu varietas perlu
dicari metode standar agar penilaian terhadap atribut perkecambahan dapat
dilakukan dengan mudah. Kita mengenal beberapa metode pengujian yang dapat
dipakai untuk menguji viabilitas, yaitu :
a. Uji di Atas Kertas
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.
b. Uji Antar Kertas
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
c. Uji Kertas Digulung Didirikan
Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
d. Uji Tetrazolium
Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk
mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui
viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak
tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji
vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk
katagori benih vigor diantar benih viabel.Metode ini dapat dilakukan dengan
cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam dengan
larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip
dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi
larutan tetrazolium. sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah
sedangkan yang mati atau cacat akan berwarna putih.
e. Uji Pada Pasir
Untuk pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah (Kuswanto, 1996).
Untuk pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah (Kuswanto, 1996).
Yogyakarta, 18 Oktober 2011
Ditulis oleh : Satriya C. Priandoko, SP
Staf Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian
Dinas Pertanian Provinsi DIY
Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta
Ditulis oleh : Satriya C. Priandoko, SP
Staf Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian
Dinas Pertanian Provinsi DIY
Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta