Karakterisasi Adaptasi, Media Tumbuh, Sumber Air, Sumber Nutrisi dan Mekanisme Penyerapan pada Epifit dan Parasit


Karakterisasi Adaptasi, Media Tumbuh, Sumber Air, Sumber Nutrisi dan Mekanisme Penyerapan pada Epifit dan Parasit

Disusun oleh :
IKHTIAR BANGKIT WULANDARI      4411414014
ADNINTA HUSNU AMAIA                       4411414027
  WAHYU MUSTIKADEWI                         4411414032
  WENDI ATANOVA                                      4411414034
   SUSANTI                                                       4411414038


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tumbuhan mampu mengatur hidupnya dalam berhubungan dengan tumbuhan lain, sehingga terbentuklah kehidupan yang berdampigan secara alami sesuai dengan tempatnya masing-masing, sehingga terbentuk kehidupan tumbuhan seperti pencekik, epifit, parasit dan liana.
Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energi. Tumbuhan parasit yang menggantungkan sebagian sumber energinya pada tumbuhan inang disebut parasit fakultatif dan tumbuhan yang sepenuhnya menggantungkan sumber energi pada tumbuhan inang disebut parasit obligat (parasit sejati).
Tumbuhan Epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya, tumbuhan epifit hidup menempel pada tumbuhan lain tanpa ”mencuri” hara dari tumbuhan inangnya. Walaupun demikian, epifit dapat menjadi pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga menutupi dan menembus batang pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan inangnya. Contoh tumbuhan epifit adalah anggrek dan paku-pakuan. 

1.2    Tujuan
-          Mengetahui karakterisasi adaptasi, media tumbuh, sumber air, sumber nutrisi dan mekanisme penyerapan pada tumbuhan parasit
-          Mengetahui karakterisasi adaptasi, media tumbuh, sumber air, sumber nutrisi dan mekanisme penyerapan pada tumbuhan epifit

1.3    Manfaat
-          Memberikan pengetahuan tentang karakterisasi adaptasi, media tumbuh, sumber air, sumber nutrisi dan mekanisme penyerapan pada tumbuhan parasit
-          Memberikan pengetahuan tentang karakterisasi adaptasi, media tumbuh, sumber air, sumber nutrisi dan mekanisme penyerapan pada tumbuhan epifit


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Karakterisasi Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana suatu organisme mengatasi tekanan sekitarnya untuk bertahan hidup. Setiap makhluk hidup memiliki cara beradaptasi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Tumbuhan memiliki adaptasi yang berbeda dengan makhluk hidup yang lainnya. Dalam hal ini tumbuhan yang satu dengan yang lain juga berbeda. Misalnya adaptasi antara tumbuhan parasit dan tumbuhan epifit.
Adaptasi tanaman parasit terhadap lingkungannya ditinjau dari karakteristik anatomi tubuhnya
Tumbuhan parasit angiospermae baik yang hemiparasit maupun holoparasit mempunyai struktur khusus yang disebut haustoria. Berfungsi dalam melekatkan, penetrasi dan transfer larutan dari tumbuhan inang ke parasit. Haustorium merupakan haustorium sekunder yang merupakan cabang dari akar sekunder dan fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup tanaman (Soerodikusuma dan Hartika, 1989)
Bijinya mampu bertahan  atau dormansi selama lima tahun dalam tanah menunggu kondisi yang baik untuk pertumbuhannya. Biji tumbuhan ini pada buahnya menghasilkan getah seperti lem berbentuk jeli yang lengket
Haustorium didefinisikan sebagai organ khusus tanaman parasit yang menyerang jaringan host dan berfungsi sebagai struktural dan fisiologis jembatan yang memungkinkan parasit untuk menarik air dan nutrisi dari sistem konduktif tanaman inang hidup.
Di awal kehadirannya tanaman parasit bersimbiosis dengan tumbuhan inang, misalnya pada tanaman tali putri semula sulurnya hanya membelit batang bagian bawah  perlahan ia akan bergerak naik dan secara bergerombol menutupi bagian daun tumbuhan inang bersaing memperebutkan ruang dan jatah cahaya matahari dan kemudian sedikit mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Kebutuhan nutrisi, air,dan mineral untuk melanjutkan kehidupannya tali putri menggantungkan hidupnya pada tumbuhan inang.  Akibatnya tumbuhan yang menjadi inangnya hidup meranggas mengering, lalu mati
Penyebarluasan biji tanaman parasit dapat melalui sisa panen yang berpindah, aliran air irigasi, 
Memiliki inang yang bermacam-macam
Tanaman yang dijadikan oleh tanaman parasit tidak hanya tanaman semak-semak belukar atau tanaman pagar, tanaman hias seperti dahlia, krisan, atau helenium, tanaman komoditas maupun tanaman berkayu keras.
Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energi. Tumbuhan parasit yang menggantungkan sebagian sumber energinya pada tumbuhan inang disebut parasit fakultatif dan tumbuhan yang sepenuhnya menggantungkan sumber energi pada tumbuhan inang disebut parasit obligat (parasit sejati). Contohnya adalah tali putri. Beberapa tumbuhan bersifat parasit hanya dalam sebagian tahap perkembangannya. Tumbuhan semacam ini diberi istilah hemiparasit ("setengah parasit"). Contohnya adalah cendana, penghasil kayu cendana. (Setyawan 2000).
Tali putri merupakan salah satu tanaman parasit. Tali putri (Cuscuta australis R.Br.) merupakan tumbuhan parasit sejati yang banyak terdapat di seluruh kawasan tropis, terutama di daerah dataran rendah. Artinya tanaman ini harus mencari sumber makanan baru dari tumbuhan lain karena tidak mampu melakukan fotosintesis. Tanaman ini juga tidak membentuk akar seperti yang dilakukan tumbuhan pada umumnya untuk mengambil air. Tumbuhan yang hidup di daerah tropis ini membutuhkan simbiosis parasitisme karena hidupnya sangat bergantung pada tumbuhan lain.
Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain sebagai penopang, tidak berakar pada tanah, berukuran lebih kecil dari tumbuhan penopang atau inang, tetapi tidak merugikan terhadap tumbuhan penopang. Pada dasarnya tumbuhan parasit untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energi. Kebutuhan zat hara tumbuhan epifit tidak mengandalkan pada pohon inangnya, dengan demikian epifit dibedakan dari tumbuhan parasit.(Suwila 2015)
Contoh tumbuhan epifit yang populer adalah berbagai macam anggrek, nanas-nanasan (bromeliad), serta paku-pakuan. Tumbuhan epifit golongan paku-pakuan (Pteridophyta) menyenangi daerah lembab dan teduh, dapat hidup di tanah atau menopang pada pohon lain. Tumbuhan paku memiliki bentuk yang beranekaragam, ada yang yang berdaun tunggal dan kaku, kadang-kadang menyerupai jenis anggrek. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas memiliki kormus, artinya telah dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun (Tjitrosoepomo, 1991).




2.      Media Tumbuh
Salah satu contoh dari tumbuhan epifit yaitu anggrek. Salah satu jenis anggrek yang tumbuh baik di daerah tropis adalah jenis Anggrek Dendrobium dan Phalaenopsis. Pada dasarnya ada beberapa kondisi optimal yang menyebabkan anggrek dapat tumbuh dengan baik. Kondisi tersebut berkaitan dengan cahaya, matahari, suhu, angin dan air. Hanya hutan yang masih bagus dan terjaga yang dapat mendukung kehidupan anggrek. Ditemukannya anggrek yang sehat dalam gerombolan cukup besar menunjukkan bahwa habitatnya (hutan) masih cukup bagus. Hal ini berarti juga sebaliknya. Menjaga anggrek berarti juga melindungi pohon dan hutan tempatnya tumbuh. Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau "berdaging" tebal dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara. Namun demikian, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sehingga sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.
Tanaman anggrek Menurut Ayub S. Parnata (2005:40-43), berdasarkan tempat tumbuhnya, tanaman anggrek dapat dikelompokan menjadi 5 golongan, sebagai berikut:
-          Anggrek epifit
Anggrek epift adalah anggrek yang hidup menempel pada cabang batang, dahan dan ranting pohon, baik yang masih hidup, mati atau melapuk. Anggrek epifit dapat hidup dengan menempel di tebing-tebing, dinding gua dan bebatuan. Kebutuhan nutrisi diperoleh dari udara melalui akar gantung atau akar nafas. Contoh anggrek ini adalah Cattleya, Phalaenopsis, Vanda dan Dendrobium.
-          Anggrek semi epifit
Anggrek semi epifit hidup dengan cara yang sama dengan anggrek epifit. Hal yang membedakan dengan anggrek epifit adalah anggrek semi epifit memperoleh nutrisi dari substrat tempat anggrek ini menempel. Contoh anggrek jenis ini adalah Brassavola, Laelia dan Epidendrum.

-          Anggrek terestial
Anggrek terestial hidup dan tumbuh di atas permukaan tanah. Anggrek tipe ini disebut juga anggrek tanah. Anggrek ini tumbuh baik pada tanah yang mengandung humus tebal. Ada dua subtipe dari anggrk tanah yaitu terestrial murni dan terestrial semu. Disebut terestrial murni karena akar dan batangnya terletak di dalam tanah, contohnya: Habenaria dan Crystostylis. Pada subtipe terestrial semu, seluruh atau sebagian batang anggrek berada di atas tanah dan akarnya tidak begitu dalam memasuki tanah, contohnya: Coelogyne dan Cymbidium.
  
-          Anggrek semi-terestrial
Anggrek semi-terestrial mempunyai cara hidup yang hampir sama dengan anggrek terrestrial, tetapi anggrek jenis ini tidak mempunyai umbi semu (psedobulb). Akar tanaman ini terdiri dari akar udara dan akar yang merambat di permukaan tanah, contohnya: Arachnis, Arudina, Paphiopedilum, Aranda, Renanthera dan Vanda.

-           Anggrek saprofit
Anggrek saprofit hanya terdiri dari akar, tidak memiliki batang, daun, tetapi tetap dapat berbunga. Anggrek ini tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering dan sangat sedikit membutuhkan cahaya. Contoh anggrek ini adalah Chilochista javanica.

Tumbuhan parasit ini akan tumbuh dengan cara benih berkecambah dekat permukaan tanah, perkecambahan dapat terjadi tanpa tumbuhan inang, segera harus mencapai tanaman berdau hijau dengan cepat,  Tanaman Tali Putri tumbuh ke arah bau tanaman di dekatnya. Jika tanaman tidak tercapai dalam waktu 5 sampai 10 hari perkecambahan, benih Tanaman Tali Putri akan mati. Sebelum tanaman inang tercapai, Tanaman Tali Putri, seperti tanaman lain, bergantung pada cadangan makanan di embrio, yaitu kotiledon.
Setelah Tanaman tali putri melekat sendiri pada tanaman, ia membungkus sendiri sekitar tanaman. Jika tananan induk berisi makanan bermanfaat untuk tanaman tali putri, segera menghasilkan haustoria untuk memasukkan diri ke dalam sistem xylem dan floem dari tuan rumah. Akar asli tanaman tali putri dalam tanah lalu mati. Tanaman Tali Putri dapat tumbuh dan melampirkan dirinya sendiri untuk beberapa tanaman. Di daerah tropis ini dapat tumbuh terus-menerus, dan dapat mencapai tinggi ke kanopi semak dan pohon. Di daerah beriklim empat musim merupakan tanaman tahunan yang hidup setiap musim semi. lklim makro maupun mikro, mempengaruhi perkecambahan biji benalu, juga mempengaruhi pertumbuhan benalu. Di musim penghujan, tanaman inang dan tumbuhan benalu sama-sama tumbuh subur. Sedangkan di musim kemarau, beberapa tanaman inang terpengaruh oleh suhu udara dan kebutuhan air sehingga benalu pun bereaksi untuk mengatasi keadaan tersebut. Pada waktu tanaman inang gugur daunnya, benalu pun akan mengikuti cara tersebut sehingga penguapan air terbatas. Pengaruh musim kemarau panjang sering menyebabkan benalu yang tumbuh di bagian ujung tanaman mati meranggas, sedangkan benalu yang tumbuh di dekat batang lebih kuat mengatasi situasi yang tidak menguntungkan tersebut. Pada daerah-daerah yang bulan keringnya sedikit, serta di daerah yang lembap pertumbuhan benalu lebih baik daripada di daerah kering.
Dari dataran rendah ketinggian 24 m dpl sampai dataran tinggi 3000 dpl dengan suhu udara dari 28-29o C, kelembaban udara 64-75%. % dan intensitas cahaya matahari 10500-23400 Lux. Tidak semua tanaman dikotil menjadi inang benalu. pada tanaman berdaun lebar atau yang berkulit lunak, media tumbuh

3.      Sumber Air dan Sumber Nutrisi
Epifit dapat sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari hujan, embun, atau uap air (Setyawan 2000).  
Kebutuhan air bagi epifit diperoleh dari hujan, embun atau uap air dengan sistem perakaran berbentuk velamen yang bersifat sepon. Epifit juga harus mampu menyimpan air yang telah diperolehnya, sehimgga epifit bersifat xeromorfik atau memiliki tempat penyimpanan air yang khusus atau jaringan-jaringan penyimpan air. Karakteristik dari tumbuhan akar epifit yaitu memiliki sel korteks sering berisi kloroplas dan aktif berfotosintesis, mempunyai velamen yaitu epidermis multilapis yang berfungsi untuk menyimpan air dan sebagai pelindung mekanis untuk mencegah kekurangan air, velamen berisi udara saat udara kering dan akan berisi air saat hujan turun, terdapat ekodermis pada bagian dalam velamen. Di antara ekodermis terdapat sel pelalu berdiding tipis sehingga air dapat melalui sel tersebut. Ada struktur khusus pada velamen yang disebut pneumatoda. Pneumatoda berfungsi untuk pertukaran gas selama periode  kelembapan yang tinggi. Pneumatoda terdiri atas sekelompok sel dengan penebalan dinding spiral (Djara 2011).
Semua jenis anggrek memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. Di alam aslinya anggrek mengambil sebagian kebutuhan airnya melalui udara, baik lewat akar maupun mulut daun. Pada umumnya tanaman anggrek membutuhkan kelembaban udara pada siang hari berkisar antara 50-80% dan pada musim berbunga sekitar 50-60%. Semua jenis anggrek memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. Di alam aslinya anggrek mengambil sebagian kebutuhan airnya melalui udara, baik lewat akar maupun mulut daun. Pada umumnya tanaman anggrek membutuhkan kelembaban udara pada siang hari berkisar antara 50-80% dan pada musim berbunga sekitar 50-60%.
Pada tumbuhan epifit, hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Meskipun tidak “mencuri” hara dari tumbuhan yang ditumpanginya, epifit dapat menjadi pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga menutupi dan menembus batang pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan inangnya (Setyawan 2000).
Anggrek adalah salah satu tumbuhan epifit merupakan tumbuhan hijau yang secara alamiah mempunyai habitat dalam hutan yang lebat. Tumbuhan anggrek menempel pada bagian pohon yang tinggi agar mendapatkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.
Anggrek dapat membuat makanannya sendiri karena memiliki klorofil. Zat-zat yang digunakan untuk keperluan fotosintesis adalah air dan karbon dioksida. Akar anggrek menyerap air dan mineral dari luar kulit pohon yang ditumpanginya, atau menyerap zat-zat anorganik dari kulit batang tumbuhan inangnya yang telah mengalami pelapukan.
Gas karbon dioksida diserap daun anggrek dari udara. Anggrek mendapatkan keuntungan karena cukup mendapatkan cahaya matahari, air, serta zat-zat yang dibutuhkan, sedangkan tumbuhan inangnya tidak dirugikan. Hubungan semacam ini disebut simbiosis komensalisme.
Cara yang digunakan tanaman anggrek untuk mendapatkan energi adalah menggunakan sumber air yang diperoleh dari hujan, embun, atau uap air. Unsur mineral yang diperoleh Anggrek berasal dari debu atau hasil dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Anggrek tidak menyukai sumber energi matahari secara langsung, jadi biasanya tanaman ini lebih banyak tumbuh dibawah naungan pohon-pohon lain. 
Tumbuhan epifit hidup menempel pada batang tumbuhan lain atau bebatuan.Tumbuhan ini mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang di bawa ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain. Tumbuhan ini melimpah di tempat yang cukup curah hujan, di sekitar mata air, sungai atau air terjun. Bentuk kehidupan epifit didominasi oleh Bryophyta, Pterydophyta dan Orchidaceae (Steenis, 1972).
Tumbuhan parasit sejati adalah kelompok tumbuhan yang mengambil makanan dari inangnya baik yang bersifat anorganik maupun yang organic, sehingga seluruh keperluannya diambil dari inangnya. Tumbuhan parasit termasuk tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energi ( Kenaga, 1974.). Benalu merupakan contoh tumbuhan parasit.
Akar benalu itu tidak sempurna sehingga tidak mampu menyerap air dan hara langsung dari tanah. Untuk memenuhi kebutuhan akan air dan hara, benalu menumpang pada ranting tumbuhan jenis lain. Lalu akarnya yang berupa alat isap akan menembus masuk ke dalam jaringan pengangkut tumbuhan yang ditumpanginya. Kemudian benalu akan menyerap air dan hara yang terlarut di dalamnya. Sehingga tumbuhan inang mengalami kerugian karena air dan hara yang akan digunakan untuk hidupnya diserap oleh benalu. Akibatnya dari kegiatan benalu tersebut, biasanya ujung ranting tanaman yang ditumpanginya mengecil, kurus, dan akhirnya mati.
Sebagai tumbuhan parasit, benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi guna kepentingan tumbuh benalu tersebut. Karena benalu mengambil nutrisi dasar dari inang, maka sebagian kandungan senyawa yang terdapat di dalam benalu menyerupai inang tersebut.


4.      Mekanisme Penyerapan

Tanaman menyerap sejumlah hara dari tanah melalui bulu-bulu akarnya. Hara ini diserap dalam bentuk anion dan kation melalui proses yang bersifat pasif dan aktif.
Penyerapan anion oleh akar dapat menetralkan kemasalan tanah. Penyerapan kation dapat meningkatkan kemasaman tanah. Efek pengasaman tanah lebih sedikit kalau lebih banyak N yang dipanen dibandingkan dnegan kation basa. Kation basa dalam biomasa tanaman dapat dikembalikan ke tanah melalui proses dekomposisi bahan organik.
Pertumbuhan tanaman mengakibatkan penyerapan kation-basa, seperti kalsium, magnesium, dan kalium dari tanah dan mengeluarkan kation hidrogen dari akar. Hal ini mengakibatkan pengasaman tanah jika kation-basa tidak dikembalikan ke dalam tanah. Penyerapan anion, terutama nitrat dan sulfat, oleh tanaman, dibarengi dnegan pelepasan OH- atau HCO3- ke dalam tanah dan menetralkan kemasaman yang diakibatkan oleh nitrifikasi dan serapan kation oleh tanaman. Ketika tanaman menyerap lebih banyak anion daripada kation, pengasaman tanah berkurang.

Akar menyerap air dan hara mineral dari tanah.  Akar tanaman melakukan respirasi-seluler, menyerap O2 dan melepaskan CO2 , tetapi secara neto tanaman adalah produsen O2. Tanaman juga melepaskan H2O dan O2 melalui stomata daun. CO2 menjadi sumber karbon untuk fotosintesis, dan gas ini berdifusi dari udara ke dalam daun melalui stomata.
Sumber:  http://bio1152.nicerweb.com/Locked/media/ch37/plant_nutrient.html

Permukaan koloid tanah bermuatan negative dan mengikat kation-kation (kation-tukar). Kation-kation tukar ini dapat digantikan (ditukar) oleh H+ yang dihasilkan dari respirasi bulu akar.
Sumber:  bio1152.nicerweb.com - 
“Liat” tanah bermacam-macam jenisnya dan sifat-sifatnya juga beragam, partikel ini ukurannya sangat halus dan permukaannya bermuatan listrik elektrostatika negative.  Setiap partikel merupakan populasi mikro.  Kalau kondisi lingkungan mengalami perubahan, maka setiap populasi-mikro dan setiap partikel akan mengalami perubahan.
1.      Peranan liat sangat penrting dalam berbagai reaksi dalam tanah.
2.      Reaksi pertukaran kation dan urutan relative kekuatan gaya-gaya tariknya terhadap anion adalah: Al3+, Ca2+, Mg2+, NH4+ ~ K+ > Na+. 
3.      Anion yang alzim dalam material liat : SO4-, Cl2-,  PO43-, NO3. 
4.      Restorasi liat yang aktivitasnya tinggi sangat diperlukan, agar system tanah yang terkena dampak buruk dapat men-siklus unsure hara dengan baik . 


Mineral liat mempunyai struktur berlapis, lapisan-lapisan ini permukaannya bermuatan negatif (permukaan internal dan permukaan eksternal). Muatan negative ini mengikat kation-kation dengan kekuatan “yang tidak terlalu besar” sehingga kation yang terikat masih dapat diganti (ditukar) dengan kation lainnya yang ada dalam larutan tanah.
Tumbuhan parasit memiliki akar haustorium atau akar penghisap, berfungsi untuk mengisap air dan unsur hara dari pembuluh kayu (xilem) serta bahan organik dari floem batang inang. Tumbuhan benalu yang akarnya mengisap air dan unsur hara dari xilem mempunyai daun lebar dan atau berwarna hijau, sedangkan yang mengisap bahan organik dari floem tidak berdaun atau daun tidak berwarna hijau. Contoh : akar tumbuhan benalu (Dendrophthoe pentandra; Loranthaceae) dan tali putri (Cuscuta asutralis; Convolvulaceae).
Cuscuta hanya mempunyai akar sementara dalam tahap kecambah. Batang Cuscuta mempunyai empat lapisan korteks untuk membentuk organ pemantakan, yaitu haustorium. Ujung haustorium menembus diantara sel epidermis kedalam korteks inang dan terdiri atas sel yang memanjang, yaitu hifa. Didalam korteks, hifa tumbuh bebas menyebar didalam jaringan dan mengadakan kontak dengan unsur pembuluh. Satu berkas xilem dan floem berdiferensiasi dalam haustorium membentuk hubungan antara jaringan pembuluh inang dan Cuscuta
Mekanisme penyerapan air dan hara
Perkembangan haustorium terutama terjadi akibat pembesaran sel korteks dan epidermis. Sel – sel tersebut kemudian membelah satu kali secara periklinal dan beberapa kali secara antiklinal. Turunan – turunan sel tersebut kemudian membesar membentuk keseluruhan haustorium yang berbentuk lunas. Pada awal perkembangan haustorium, trikom mirip rambut akar berdinding tipis dibentuk di beberapa sel epidermis dan trikom – trikom tersebut ini kemudian melekatkan diri pada permukaan akar inang. Diduga trikom – trikom ini berfungsi untuk melindungi haustorium yang sedang berkembang dari parasit famili lain. Pada pembentukan akhir haustorium dibentuk struktur yang menyerupai jembatan xilem (xylem bridge) yang terdiri atas berkas xilem yang menghubungkan xilem inang dengan xilem parasit yang memungkinkan terjadinya kesinambungan antara inang dan parasit Bersebelahan dengan berkas xilem terdapat sel – sel parenkim dengan ciri – ciri seperti sel transfer yang dipercayai terlibat dalam transport membrane secara aktif sepanjang jembatan xylem (Triharso,1995).
1) Tunas dari haustoria di luar batang
Haustoria adalah bagian tumbuhan benalu yang tumbuh menyerupai akar, mengadakan penetrasi ke dalam jaringan tanaman sehingga berhubungan dengan tanaman inang, serta berlaku sebagai saluran untuk aliran zat gizi. Bagian haustoria yang masuk ke jaringan berfungsi sebagai organ pengisap cairan di dalam tanaman.Pijakan benalu tempat haustoria mengadakan penetrasi mengalami pertumbuhan abnormal, membesar, dan membentuk tonjolan yang tidak beraturan sebagai ciri khas dari Dendrophthoe. Dari bagian haustoria yang berada di luar tanaman biasanya tumbuh tunas baru, yang acapkali tidak kalah subur dibandingkan inangnya.Haustoria terus menjalar ke bagian tanaman yang lain, dan ada kalanya dapat mencapai jarak satu sampai dua meter dari tumbuhan awalnya. Sejalan dengan jauh dekatnya tempat haustoria yang mengadakan penetrasi ke tanaman inang, akan menentukan jarak antar tunas tunas baru maupun jarak antartunas baru dengan benalu induknya. Dari satu pangkal benalu sering muncul lebih dari satu akar dan arahnya pun tidak menentu. Kadangkala akar tersebut searah, berlawanan, atau mengikuti arah percabangan ranting benalu yang berada di dekatnya.
2) Tunas dari haustoria di dalam batang
Selain akar yang menjalar di luar tanaman seperti tersebut di atas, ada pula haustoria yang menjalar di dalam tubuh tanaman.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
-          Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang)

-          Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain sebagai penopang, tidak berakar pada tanah, berukuran lebih kecil dari tumbuhan penopang atau inang, tetapi tidak merugikan terhadap tumbuhan penopang