ekstraksi benih dan kadar air



Ekstraksi Benih
1. Ekstraksi Benih
Kuswanto (2003) menyebutkan bahwa proses ekstraksi benih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah. Pernyataan ini diperjelas oleh Ekawati (2004) bahwa ekstraksi benih merupakan pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan. Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung, biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:

  • Cone dan polong
Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families) tersebut secara berbeda. (Kuswanto, 2003).
  • Buah kering
5
Ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in) menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti (Kuswanto, 2003).
  • Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria (Kuswanto, 2003).
  • Buah Berdaging dan Berair (Wet Fleshly Fruit)
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir (Kuswanto, 2003).
2 Metode ekstraksi
Ekawati (2004) menyebutkan bahwa dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berarir (Wet Fleshly Fruit) memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi secara kering yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin antara lain:
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005) pernyataan ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun. (Ekawati, 2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstrakksi basah, antara lain:
  • Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka diperlukan waktu 1-2 hari., sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
  • Metode Mekanis (Mechanical Method)
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien jika menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin (seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih dari pulp yang mengandung inhibitor (Ekawati, 2004)
  • Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode fermentasi memerlukan waktu relative lama terutama bila dilakukan di Negara yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitoyo (2005) juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah . Kuswanto (2003) menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat digunakan zat kimia HCL 35% dengan doasis 5 liter HCL 35 % icampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam pulp selama 30 menit. Murniati (1999) dalam penelitiannya memanfaatkan kapur tohor sebagai bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan dalam ekstraksi benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan perubahan warna.




Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.

Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah.
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu :
a) Konvensional ( Menggunakan Oven )
Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz8YjIJ78FpC10T_TlZ4ir3lr92O4uUvqcfoJpx4jX9fAlrcsoN1vGmNYEOYNeBFrQEbq-LIbezK0a8ZBM-M31SfpLwBkRYB9PqalDGHLVWUVISv-IoyjzohfegVexWufHhDiV3I7xdPw/s320/Presentation1.jpg
b) Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer)
    Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian. 
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
Ø Benih masak utuh
Ø Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
Ø Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
Ø Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
Ø Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
Ø Benih dan bagian benih
@ Benih tanpa kulit benih
@ Benih yang terlihat bukan benih sejati
@ Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
@ Cangkang benih
@ Kulit benih
Ø Bahan lain
@ Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.
Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.

Skema pengujian analisis kemurnian benih

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaUxwh34NP0Y0NHnOZM_3VR0HQCHyfDTnZm23IROuDFqhgV3cQAWHDhcR679xzr80Le57SWa4F9HENZy7kqwfy7lWnWSOJuxSfIgXNazmyObV6NQYPi135vTewXLeKe3eWhrsO1CZyVC0/s400/image002.gif


Dari skema diatas dapat diketuhi bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.
Setelah dilakukan pengabilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian. Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual bedasarkan penampakan morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan pada setiap komponen tersebut. Hasil dari penimbangan dilakukan perhitungan faktor kehilangan.
Faktor kehilangan =https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnJNhGTGmePojcQwiA8l7VHiWpv7Ry0RdZnY6lNnRTfsq8BZ90jwh02O6kZVCiP1zz4SABR2-vLUDwX9yoDg6WP6ljSvwO29KSn47D8KasvaXDpGaRYh02UzTZC5ek8Tk-6ll6383mHrk/s200/image003.gif
Ket. ck = contoh kerja
k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Faktor kehilangan yang diperbolehkan ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.
% benih murni =https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZSuMzJyA9zSWzsqhRH4yf8kNdU8Pc1Q51K4-Ex5HwjOqoGSiYZOiIcXvz79eFMecNmucGsGzEkd4HXlEe3k5el8OLLQpCCe4HtQTwTqDOklvcQOB2h7HlKARb2VQgh-g3gKt2JG3e_Jo/s200/image004.gif
% benih lain =https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdSzdTvcMbV0rv-1wfMY0boSpqPqvJfgBFK0vAV21gxZXhIn6V1bKgTR6i6E3lFVir3dwd5yAzvuX2t6WP5iPtJaPJxfOMTywHIsmicL2Nw4pkS6eZTu1z02NxE1TXB-Nnj7m6m795lMM/s200/image005.gif
% kotoran =https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7lodvznSDCQ6P7rx2zWM6JNGNkwd6ciSNfiswdH6L2PUW-68aXfOb-gvw5Y-1AdjKkZRkPTKRj8IlgN46WgbgAoRGtt3VgIpZgBTgdwLRx4iBIy22Cbxo2QbMdW1kMAtts2Iomc9wpjc/s200/image006.gif
Ket. k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
a) Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat dari semua komponen harus 100%.
b) Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
c) Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang nialinya terbesar.
d) Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan.
Sebagai langkah pertama dalam pengujian mutu benih adalah menyediakan contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyratan yang telah idtentukan oleh ISTA.
Tujuan penarikan contoh adalah untuk mendapatkan contoh benih yang mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih. Benih pertanian dan holtikultura : untuk benih yang berukuran seperti Triticum spp atau lebih besar, berat maksimum untuk setiap kelompok benih adalah 20.000 kg. untuk benih yang lebih kecil dari Triticum spp, berat maksimumnya adalah 10.000 kg. benih pohon-pohonan : untuk benih yang berukuran seperti benih Fagus spp atau lebih besar, berat maksimumnya adalah 5.000 kg. untuk benih yang lebih kecil dari benih Fagus spp berat maksimumnya adalah 1.000 kg.

Prinsip pengambilan cotoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama. Pada saat penarikan contoh, tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka, dan pada saat dikeluarkan jari-jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat, sehingga tidak ada satu pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah.
Benih-benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh ini disebut contoh primer, sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit. Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan sebagai contoh kiriman. Dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja secara acak.

Cara Pengambilan
Contoh primer (primary sample) contoh primer dapat diambil dengan tangan atau dengan “seed trier” yaitu suatu alat untuk mengambil contoh benih. Apabila menggunakan tangan maka pengambilan contoh benih harus dilakukan pada kedalaman lebih dari 40 cm dari wadah atau bulk. Dalam beberapa hal dan untuk species tertentu, terutama yang benihnya sukar dialirkan, cara pengambilan contoh benih dengan tangan lebih memuaskan. Tetapi cara yang lebih umum dengan menggunakan seed trier. Alat ini terbuat dari pipa logam yang mempunyai celah-celah atau lubang-lubang di satu sisi melalui mana contoh benih dapat mesuk. Terdapat beberapa bentuk dan ukuran seed trier, tergantung pada ukuran benih.

Solution adapted to any kind of sampling 
Code
Article
Length/Description
(1) 130174
Conical seed probe
(nobe)
250 mm (stainless steel)
(2) 130171
Cocoa - coffee probe
(nobe)
360 mm (steel)
(3) 130179
Probe for powdery products
(nobe)
300 mm, Ø 14 mm (stainless steel)
(4) 130180
RKS probe
(stick)
1,5 m, Ø 30 mm (aluminium)
(4) 609205
RKS probe
(stick)
2 m, Ø 30 mm (aluminium)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbiaOZTvmNN_2iSJJoixFyMQI_qJL3lfzvGV1ZFrKIReI1eqis99p6luKU5STgV_AI-oUtO-nSFORCIMzpTi13Tw4t_uHj1r7j_UwtYM31telIvB99dTNsIQ3YYJ0siQ0_JPrC_bk82v4/s400/image001.jpg 





Stik trier atau sleve trier, untuk pengambilan contoh benih dari wadah :
Benih clover dan benih-benih berukuran kecil lainnya yang mudah mengalir, digunakan trier berukuran panjang 762 mm, diameter 12,7 mm dan 9 celah. Benih cerealia, digunakan trier berukuran panjang 762 mm, diameter 25,4 mm dan 6 celah.
Nobbe trier atau spear
Alat ini sangat cocok untuk pengambilan benih dari wadah (karung, kantong, dan lain-lain). Berukuran panjang 250, 300, 360 mm dengan diameter 14 mm untuk benih cerealia dan 10 mm untuk benih clover dan sejenisnya.
Contoh campuran (composit sample), semua contoh primer dijadikan satu dan dicampur dalam satu wadah dapat dalam kantong, kaleng, kotak atau tray. Jumlah contoh campuran ini jauh lebih banyak dari yang diperlukan untuk diuji. Oleh karena itu masih harus dikurangi lagi.
Contoh kirim (submitted sample), berasal dari contoh campuran yang telah dikurangi, sesuai dengan berat minimum yang telah ditetapkan oleh peraturan ISTA. Contoh berat minimum submitted sample unutuk species-species berikut ini adalah :
Padi : 1.000 gram
Jagung : 1.500 gram
Kacang tanah : 1.000 gram
Kedele : 1.000 gram
Kacang hijau : 1.000 gram  
Contoh kerja (working sample), berasal dari submitted sample. Untuk mendapatkan contoh uji yang seragam, maka submitted sample harus diaduk terlebih dahulu didalam suatu alat pengaduk (mixer) kemudian baru diacak. Ada beberapa metode pengacakan yaitu :
1.   Metode pembagi secara mekanik (mechanical divider method)
1.1.      Conical divider (Boerner type)
1.2.      Soil divider
1.3.      Centrifugal divider (Gamet type)
2.   Metode pengacakan dengan cangkir (random cups method)
3.   Metode sendok (spoon method)
Contoh alat pembagi dan alat pengaduk benih secara mekanik
Seed Sieve Shaker Seed                      
(Alat pengaduk)                         

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnw534DoceAmojO_Pp8CO6m6zQMSAEsIgfQr_pkhCzySLVVRMXThK6bmt9bOTjrO3WLjci4mzZP28xDP8iAjdx1lvwrdSIAqhjz_eLQST3dAgg1t1HFyJvI3zQ4xbIz2wIyjkOqS76Pto/s320/image002.jpg

Riffle Type Divider- Soil Type
(Alat pembagi) 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiaTYhF7bMEq9fEx2v6pja7KlZBW6Qv5fpRgBipoCeG67aqTxmxfOQ1_V7Gq0re-_jNvdRJY5iKZlZst4hCMPsPuwk6gH8Lcr2POk6lznWGjFRy1Zp0c-J9Fh8UkQDqNVvcL2VgoI4tLU/s320/image003.jpg
Riffle divider
(Alat pembagi)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY39x1TdkNwCgucLwDc3KuEL6YzLMa1_clN17oXccgQnEirbEO_u_E8CpwUbI2xXn2Dvey9sc_Fv42QZDUJ5337uu4QN8HBdsRPTIRhLRBHoRlwu9a67BQ3LZdFj04mdR9WWONnfwzhlE/s320/image004.jpg 

Boerner conical divider
(Alat pembagi)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtALQSdHPZO3NI9l3RpAYYgeUxblL0qulPXvrOKUDV3FDDrdwH_I1NmB-rtOJPK8ZsvxZ0YZ-6Mh7fAIZjnb7nQ1YzOKr2PnVQH_ngQP7Pb6dHFOwKzWoeLbt8RZoujBFT5Ev7bsofKIs/s320/image005.jpg




VS riffle divider                            
(Alat pembagi)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFaQ5LyIKzQZy8s8zCz0bmWqeRuPcV5i0-vGBzJUMK237DrQziz2jt19xMxMrkgV6SyCGTp365X_e2f2OlGS6k8uX8JEzq2LveAua6wePsDAaRlBM05PqaP-Mm2FXdCFDSZxKt0NH86K4/s320/image006.jpg

Ketentuan penarikan contoh
a.          Pengambilan contoh dari suatu kelompok benih dilakukan secara manual
b. Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang terlatih atau berpengalaman dalam penarikan contoh benih dan atas pemintaan petugas, pemilik benih memberikan informasi tentang kelompok benih. (Sumber : SNI 01-7136-2005 - Badan Standarisasi Nasional)
Pembuatan contoh kirim dengan :
a.   Mengurangi contoh campuran
b.   Pengurangan dapat dilakukan dengan cara acak parohan atau pembagi contoh benih (seed sample divider) 
c.   Apabila tidak mungkin dilakukan dengan cara acak parohan, contoh campuran langsung dikirim semuanya
d.   Apabila contoh campuran sama dengan contoh kirim, maka contoh campuran dianggap sebagai contoh kirim. (Sumber : SNI 01-7136-2005 - Badan Standarisasi Nasional)
Penanganan contoh kirim dapat dilakukan dengan :
a.   Contoh kirim diberi identitas yang sesuai dengan kelompok benih
b.   Contoh kirim dikemas dalam wadah yang dapat menghindarkan benih dari kerusakan selama pengangkutan
c.   Tanggal penerimaan, tangal kirim, dan identitas contoh kirim dicatat setelah contoh kirim diterima oleh instansi penguji
d.   Contoh kirim hendaknya diuji setelah tiba di instansi penguji. (Sumber : SNI 01-7136-2005 - Badan Standarisasi Nasional)
Intensitas pengambilan contoh benih
a.   Benih disimpan dalam silo (bulk), apabila berat kelompok benih :
*        Kurang dari 50 kg : paling sedikit harus diambil 3 contoh primer.
*        Sampai dengan 500 kg : paling sedikit harus diambil 5 contoh primer.
*        501-3.000 kg : paling sedikit 5 contoh primer masing-masing dengan berat 300 kg.
*        3001-20.000 kg : paling sedikit 10 contoh primer masing-masing dengan berat 500 kg. (sutopo, lita. 2004)
b.   Benih yang disimpan dalam wadah :
*        Sampai dengan 5 wadah : paling sedikit dari setiap wadah diambil contohnya sehingga diperoleh 5 contoh primer.
*        6-30 wadah : dari setiap 3  wadah diambil 1 contoh tetapi tidak boleh kurang dari 5 contoh primer.
*        Lebih dari 30 wadah : dari setiap 5 wadah diambil 1 contoh tetapi tidak boleh kurang dari 10 contoh primer. (sutopo, lita. 2004)
Pengambilan contoh primer dari wadah tersebut dilakukan secara acak dan sebaiknya diambil dasar seberat 100 kg. untuk wadah-wadah yang lebih kecil sebaiknya digabungkan membentuk suatu unit dengan bertmaksimum 100 kg. sebagai contoh :
*        Untuk 10 wadah dari 40 kg dibentuk      : 5 unit
*        2 wadah daru 40 kg  dibentuk               : 1 unit
*        20 wadah dari 40 kg  dibentuk              : 1 unit
*        100 wadah dari 1 kg dibentuk               : 1 unit
(sutopo, lita. 2004)
Contoh kirim yang telah didapat dijadikan contoh kerja dengan membagi contoh kirim tadi. Pembagian dilakukan dengan seed divider, benih terlebih dahulu diaduk dalam baki. Cara pembagian yaitu dengan memasukan benih pada corong seed divider, ratakan begian atasnya agar pembagian benih dapat seimbang. Jika benih yang pembagian benih dianggap tidak seimbang maka pembagian dapat diulang kembali, maksudnya adalah agar berat dari pembagian tersebut dapat sama 500 gram dan benih dapat diacak.
Pembagian benih dilakuan sampai 3 kali, sehingga berat benih mencapai 125 gram. Untuk mengetahui berat benih ini dan untuk memastikan bahwa setiap tahap pembagian benih seimbang, maka pada setiap tahap pembagian benih dapat ditimbang terlebih dahulu.
Pembagian benih yang telah dianggap seimbang, merata, dan teracak sempurna sampai benih tersebut mencapai berat 125 gram maka benih dapat dijadikan sebagai contoh kerja.

Uji kecambah diLaboratorium
Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Kartasapoetra, 2003). Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002).
Secara historis pengujian benih pertama kali dilakukan pada tahun 1869 ketika Profesor Friedrich Nobbe mendirikan laboratorium benih pengujian pertama di Saxony Jerman, yang kemudian dengan segera diikuti oleh laboratorium di Austria, Hungaria, Belgia, Denmark, Rusia dan Amerika Serikat. Pada tahun 1876, Nobbe menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul "Handbook on Seed Testing", pendahulu dari "International Rules for Seed Testing " yang sekarang membentuk dasar pengujian benih di hampir seluruh dunia, hingga pada tahun 1924 kemudian didirikan International Seed Testing Association (ISTA) yang secara resmi menerbitkan peraturan tentang pengujian benih secara internasional.
Mengapabenihdiuji?
Dari keseluruhan biaya produksi pertanian, biaya untuk membeli benih biasanya secara proporsional relatif kecil, oleh karena itu penggunaan benih yang berkualitas tinggi adalah investasi yang bijaksana. Pengujian benih memainkan peran penting pada banyak tahapan, mulai dari panen hingga benih ditabur dan informasi yang tertera pada sertifikat/label benih dapat membantu sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan beberapa hal seperti misalnya :
• Apakah proses sertifikasi benih tersebut layak dilakukan atau sepadan dengan hasilnya, ataukah lebihbaikdijual untuk konsumsi saja?
• Apakah sebagian besar atau seluruh benih yang akan diproduksi dapat terjual dengan harga yang layak, dalam artian keuntungan yang akan diperoleh sepadan dengan upaya dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi?
• Apakah benih yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas? dsb
Uji Perkecambahan
Suatu pengujian perkecambahan di laboratorium mengukur proporsi benih yang mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati.
Analisis Kemurnian
Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002).
Yang termasuk dalam kategori benih murni adalah meliputi semua varietas dan setiap species yang diakui sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau penguji di laboratorium, dan biji yang masih utuh meskipun berukuran lebih kecil dari ukuran normal, belum terbentuk sempurna, keriput, terkena penyakit atau telah tumbuh. Selain itu benih yang patah atau rusak masih tergolong sebagai benih murni asalkan berukuran lebih besar dari setengah ukuran sebenarnya. Analisis Kemurnian hanya mencari seberapa banyak persentase benih dalam beberapa kriteria seperti tersebut di atas dalam suatu contoh benih, sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang tidak termasuk dalam materi yang diuji.
Yang termasuk dalam kategori benih tanaman lain akan mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Yang termasuk dalam kategori biji-bijian herba/gulma adalah merupakan bji dari tanaman lain yang tidak kehendaki, dan bublet, tuber dari tanaman yang dinyatakan sebagai gulma, herba menurut undang-undang, peraturan resmi atau pendapat umum.
Kotoran benih terdiri dari semua materi asing dalam sampel termasuk bagian/serpihan tanaman, tanah, pasir, batu, tubuh jamur serta semua materi dan struktur yang tidak secara khusus diklasifikasikan sebagai benih murni atau biji lain.
Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, benih tanaman lain dan atau varietas lain, biji-bijian herba, serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram (Kartasapoetra, 2003)
Dari hasil analisis akan terungkap apakah benih itu memenuhi persyaratan sertifikasi atau tidak, atau apakah mengandung benih dari spesies tertentu yang mungkin telah dinyatakan berbahaya atau dilarang di daerah tertentu atau pasar, atau memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas lot benih secara keseluruhan.
Pengujian Kadar Air
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah juga akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Justice dan Bass, 2002). Selain itu terdapat juga dua faktor eksternal yang cukup penting dan berpengaruh pada panjang pendeknya umur benih, yaitu suhu dan kelembaban relatif lingkungan di mana benih disimpan dan kedua faktor ini saling bergantung. Benih bersifat higroskopis yaitu benih secara otomatis akan menyeimbangkan kadar kelembabannya dengan lingkungan tempat penyimpanannya, sehingga jika benih disimpan dalam suatu tempat dengan kondisi kelembaban yang relatif tinggi akan menyerap kandungan air dari lingkungan sekitarnya dan menyebabkan kadar air benih juga menjadi tinggi.
Kualitas benih yang disimpan dengan kadar air yang relatif tinggi akan lebih cepat mengalami penurunan dibanding dengan benih yang berkadar air rendah. Ada sebuah rumusan mengenai hal ini, yaitu untuk setiap penurunan kelembaban sebanyak 1% atau pengurangan suhu sebanyak 5ÂșC, lama simpan benih akan meningkat dua kali lipat.
Pengujian kadar kelembaban benih di laboratorium pengujian benih akan dapat mengindikasikan apakah perlu dilakukan proses pengeringan benih lebih lanjut sebelum disimpan, atau dapat juga mengindikasikan bahwa kadar kelembaban benih tersebut sudah sesuai dengan pesyaratan.

Menurut Sutopo (2002), pada prinsipnya metode yang digunakan dalam menentukan kadar air ada dua macam yaitu :
a.    Metode praktis; metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya seringkali kurang akurat karena rentang nilai hasil pengujian dari beberapa kali ulangan seringkali terlalu besar, yang termasuk metode ini adalah metode Calcium carbide, metode Electric moisture meter, dan lain-lain.
b.    Metode dasar; dalam hal ini kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula, yang termasuk dalam metode dasar adalah metode Oven, metode Destilasi, Metode Karl Fisher dan lain-lain.
Uji Daya Kecambah (Viabilitas)
Pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Kuswanto, 1996).
Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan terssebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati (Sutopo, 2002).
Pengujian viabilitas terhadap suatu varietas perlu dicari metode standar agar penilaian terhadap atribut perkecambahan dapat dilakukan dengan mudah. Kita mengenal beberapa metode pengujian yang dapat dipakai untuk menguji viabilitas, yaitu :
a.    Uji di Atas Kertas
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.
b.    Uji Antar Kertas
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
c.    Uji Kertas Digulung Didirikan
Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
d.    Uji Tetrazolium
Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.Metode ini dapat dilakukan dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam dengan larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan tetrazolium. sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan berwarna putih.
e.   Uji Pada Pasir
Untuk pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah (Kuswanto, 1996).
Yogyakarta,  18 Oktober 2011
Ditulis oleh : Satriya C. Priandoko, SP
Staf Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian
Dinas Pertanian Provinsi DIY
Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta