suku asmat di papua


Makalah IPS
SUKU ASMAT
Makalah IPS:
Disusun guna melengkapi tugas sekolah
Mata Diklat Ilmu Pengetahuan Sosial


 



                                                                           Penyusun:
                                                              1.    Wendi Atanova         (33)
                                                              2.    Siti Nurcholifah         (30)
                                                              3.     Ridwan Tyas             (26)


SMK N 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
Jl. Kadar maron no 104, telp/fax(0293)4901639
Temanggung  56221
TAHUN PELAJARAN 2011/2012


Identifikasi
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal cara hidup, struktur sosial, dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu Suku Bisman yang berada di antara Sungai Sinesty dan Sungai Nin serta Suku Simai.
Ada banyak pertentangan di antara Desa Asmat, yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat membunuh musuhnya. Ketika musuh terbunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.
Biasanya dalam satu kampung dihuni kira-kira 100 sampai 1000 orang. Setiap kampung punya satu rumah bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri.

Kebudayaan Suku Asmat

Ukiran patung Suku Asmat berkaitan dengan kepercayaan mereka. Ukiran merupakan penghubung mereka yang saat ini masih hidup dengan leluhur. Mereka mempresentasikan roh-roh para leluhur ke dalam ukiran-ukiran di tiang kayu, tameng, atau perahu. Patung yang terkenal dan dianggap paling sakral adalah patung bis (bioskokombi).
Kini, pembuatan patung dan ukiran lainnya bagi Suku Asmat bukan hanya bernilai sakral, tetapi bernilai ekonomis juga. Patung ini banyak diminati oleh para kolektor, baik dalam negeri maupun dari luar negeri.

Sistem Religi dan Kepercayaan

Suku bangsa Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari.
Dalam keyakinan orang Asmat, dewa nenek moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis.
Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan.
1. Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya
2. Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu
3. Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol
1) Sistem Upacara
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini :
a. Mbismbu (pembuat tiang)
b. Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
c. Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
d. Yamasy pokumbu (upacara perisai)
e. Mbipokumbu (Upacara Topeng)
2) Upacara Kematian
Bagi orang-orang Asmat, kematian bukan merupakan hal yang alamiah. Apabila orang tidak mati dibunuh maka mereka
percaya bahwa orang tersebut karena suatu sihir hitam yang kena padanya.
Sistem Kekerabatan
Kehidupan suku bangsa Asmat dulunya adalah Semi Nomad, namun sekarang sudah ditinggalkan.
Mereka tinggal di pegunungan yang saling berjauhan karena perasaan takut diserang musuh. Rumah Bujang merupakan tempat semua kegiatan desa dan upacara adat terpusat.
Organisasi social
Dasar organisasi sosial masyarakat suku bangsa Asmat adalah keluarga inti monogamy kadang-kadang poligami.
Kesatuan keluarga yang lebih luas yaitu uxorilokal yakni pasangan pengantin sesudah menikah berada di rumah keluarga yang lebih luas, atau avunkulokal, yaitu pasangan pengantin setelah menikah akan bertempat tinggal di rumah istri dari keluarga ibu.
Tysem adalah tempat orang Asmat melaksanakan kegiatan sehari-hari dan tempat menyimpan senjata maupun peralatan untuk berburu, menangkap ikan, menanam dan berkebun.
Seorang ibu dewasa selalu harus mengalami upacara misiasi yang dilaksanakan di rumah terpusat keluarga klan yang disebut yew, yang merupakan rumah keramat, digunakan untuk melaksanakan berbagai upacara religi. Yew biasanya dikelilingi oleh 10 sampai 15 tysem.
Sistem Kesenian
Kesenian suku bangsa asmat erat kaitannya degan kehidupan religinya.
Benda-benda kesenian asmat yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai. Mbis dan perisai itu dapat diklasifikasikan kedalam 4 daerah yaitu :
a) Gaya seni Asmat Hilir dan hulu sungai yang mengalir ke dalam teluk flamingo dan arah Pantai Casuarina benda kesenian gaya ini tergolong paling terkenal sejak tahun 1912. Sejak zaman ekspedisi militer Belanda pertama mereka tertarik pada tiang-tiang Mbis dengan patung-patung yang tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyang.
b) Gaya Seni Asmat Barat Laut Kesenian perisai orang asmat barat laut berbentuk lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dibanding perisai kesenian Asmat Hilir.
c) Gaya Seni Asmat Timur Laut tampak khusus pada bentuk hiasan perisai yang biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang.
d) Gaya Seni Asmat Daerah Sungai Brazza
Hal yang membuat gaya seni Asmat daerah sungai Brazza berbeda dengan yang lain adalah bagian kepalanya yang biasanya terpisah dari badan.
Selain ukiran, Suku Asmat mempunyai kebiasaan merias wajah dan tubuhnya dengan berbagai warna. Warna-warna yang dipakai biasanya warna-warna alami karena bahannya pun dari alam. Misalnya, untuk warna merah diambil dari tanah merah, untuk warna hitam diambil dari arang kayu, dan untuk warna putih diambil dari kulit kerang yang dihaluskan.
Ukiran asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-masing:
1.      Melambangkan kehadiran roh nenek moyang;
2.      Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia;
3.      Sebagai suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan benda-benda lain;
4.      Sebagai lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang.
Sistem mata pencariannya
Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari, burung, babi hitan, komodo dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.
Kehidupan sehari-hari
Mata pencaharian hidup orang Asmat di daerah pantai adalah meramu sagu, berburu binatang kecil, (yang terbesar adalah babi hutan), dan mencari ikan di sungai, danau, maupun pinggir pantai. Mereka juga terkadang menanam buah - buahan dan tumbuhan akar-akaran. Kadang mereka juga dengan sengaja menanamnya di kebun-kebun kecil yang sederhana berada di tengah-tengah hutan. Orang Asmat hulu yang tinggal di daerah yang tak ada pohon sagunya lagi, lebih menggantungkan hidupnya pada kebun –kebunnya Dahulu, orang Asmat hidup di hutan-hutan, menetap di suatu tempat untuk beberapa bulan, kemudian pidanh mencari tempat baru bila bahan makanan di sekitarnya sudah berkurang. Hidup di hutan berarti hidup bebas, maka hal inilah yang membuat mereka terkadang kembali ke hutan meninggalkan kampun yang telah disediakan.
Hari Senin mereka biasa berangkat ke hutan dan kembali ke kampung pada hari Sabtu. Sebagian besar waktu dilewati di hutan dengan mendirikan rumah besar, yang disebut dengan Bivak
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Asmat adalah sebagai berikut :
Pengetahuan mengenai alam sekitar
Orang Asmat berdiam di lingkungan alam terpencil dan ganas dengan rawa -rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu dan lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter. Pengetahuan itu dimanfaatkan oleh orang Asmat untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Pada waktu pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang naik.
Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku (kebutuhan) antar manusia
Tempat tinggal suku Asmat yang berada di daerah dataran rendah membuat mereka perlu mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya. Seperti misalnya batu sangat langka di daerah-daerah lumpur berawa-rawa tempat dimana suku Asmat tinggal. Oleh karena itu, mereka telah mengatahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masyarakat merekas sendiri maupun masyarakat di luar
daerahnya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, suku Asmat telah mengenal sistem barter. Mereka telah biasa melakukan barter dengan masyarakat lain yang tinggal di daerah dataran tinggi untuk mendapatkan alat -alatseperti kapak, batu, dsb yang memudahkan mereka dalam kehidupannya.
Pengetahuan mengenai ruang dan waktu
Untuk memeperoleh bahan makanan di hutan, orang -orang Asmat pun berangkat pergi pada hari Senin dan kembali ke kampung pada hari Sabtu. Selama di hutan, mereka tinggal di rumah sementara yang bernama bivak.Apabila orang-orang Asmat ingin mengambil air minum, maka air minum diambil pada saat air surut, sewaktu air sungai tidak terlalu asin.
Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di daerah tempat tinggal
Pohon sagu banyak tumbuh di daerah dimana orang Asmat tinggal. Oleh karena itu, makanan pokok orang Asmat adalah sagu dengan makanan tambahan seperti ubi-ubian dan berbagai jenis daun-daunan. Mereka juga memakan berbagai jenis binatang seperti, ulat sagu, tikus hutan, kuskus, babi hutan, burung, telur ayam hutan, dan ikan. Sagu diibaratkan sebagai wanita.Kehidupan dianggap keluar dari
pohon sagu sebagaimana kehidupan keluar dari rahim ibu. Selain itu, gigi-gigi anjing yang telah mati biasa digunakan sebagai perhiasan.
SIstem bahasa
Bahasa-bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yang oleh para ahli linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division, bahasa-bahasa bagian selatan Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian
(Papua) Non-Melanesia
Sistem peralatan dan teknologi
Peralatan perang
Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari tombak dan panah musuh dalam peperangan. Pola ukiran pada perisai melambangkan kejantanan. Senjata ini terbuat dari akar besar pohon bakau atau kayu yang lunak dan ringan.
Tombak pada masyarakat Asmat terbuat dari kayu keras seperti kayu besi atau kulit pohon sagu. Ujungya yang tajam dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari paruh burung atau kuku burung kasuari
Sistem Politik
Dalam sistem politik kemasyarakatan Asmat terdapat struktur paroh masyarakat dan pimpinan suku bangsa Asmat.
1. Struktur Paroh Masyarakat
Masyarakat suku bangsa Asmat juga mengenalstruktur paroh masyarakat atau aipem. Pemimpin aipem berinisiatif
membicarakan pelaksanaan suatu aktivitas berburu, berkebun, merencanakan pengayuan yang memerlukan banyak
orang.
2. Pemimpin Suku Asmat
Pemimpin suku Asmat sederajat dengan warga lain, tetapi ia harus pandai dan ahli dalam pekerjaan atau aktivitas sosial
tertentu. Ahli lain yang dianggap lebih terhormat dari pada pemimpin adalah seniman pahat atau wow ipits.
Sistem Perekonomian
Perekonomian suku Asmat mulai dibangun oleh Belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber Trade Company, bekerja sama dengan organisasi-organisasi penyiaran Agama Katholik, Belanda dan Kristen Amerika.
Adat istiadat penyuluhan dihapus oleh Pemerintah RI dan melarang lembaga Yew, diganti dengan Balai Desa.
Pembiayaan pembangunaan Irian jaya diperoleh dari bantuan melalui FUNDWI (Fund for the Development of West Irian).
Peningkatan kesejahteraan suku Asmat terutama seni patung dan seni ukir, serta membina seniman asli (wowipits) untuk meningkatkan kreativitasnya.